Lihat ke Halaman Asli

Efrain Limbong

TERVERIFIKASI

Mengukir Eksistensi

Memaknai Momen Cuci Tangan Pontius Pilatus

Diperbarui: 25 April 2021   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Jumat Agung dan Paskah.Foto Alicia Quan on Unsplash

Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata, "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini, itu urusan kamu sendiri." (Matius 27: 24)

Kisah Pontius Pilatus sebagaimana termuat di Alkitab dalam prosesi persidangan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus pada peringatan Jumat Agung dan perayaan Paskah, bisa menjadi bahan refleksi bagi umat Kristiani dalam peringatan dan perayaan keagamaan tersebut.

Upaya cuci tangan Pontius Pilatus dalam kapasitas Wakil Pemerintahan Wilayah Yudea saat itu, otomatis menjadi jalan bagi Yesus untuk mengalami penderitaan dan penyaliban di Bukit Golgota. Namun sekaligus menjadi penggenapan yang sudah disuratkan bahwa Yesus akan mati dan bangkit kembali untuk penebusan dosa manusia.

Tindakan cuci tangan dan tidak mau bertanggungjawab yang dipraktekkan Pontius Pilatus sebagai seorang yang berkuasa, tidak ubahnya dengan yang terjadi pada masa kekinian. Tidak perlu menunjuk orang lain, bisa jadi kita sendiri juga melakukan hal yang sama dengan Pilatus dalam kehidupan sehari hari.

Cuci tangan dalam berbagai hal sudah lumrah dalam kehidupan saat ini, baik secara sengaja maupun tidak sengaja yang merugikan bahkan mengorbankan orang lain. Peran dan keberadaan kita yang seharusnya bisa menghindarkan kerugian atau korban di pihak lain, justru tidak dilakukan karena menganggap itu bukan urusan kita.

Persis seperti Pontius Pilatus. Padahal Pilatus yang bertindak sebagai pemimpin dan hakim di Yudea pada saat itu, bisa saja mengambil hak veto dan memutuskan Yesus tidak bersalah. Karena faktanya memang tidak menemukan ada kesalahan. Namun alih alih membela, Pilatus malah menyerahkan Yesus untuk menerima pengadilan jalanan, hingga mati di kayu salib.

Dengan cuci tangan selesai urusan. Tidak peduli apa yang terjadi dengan orang lain. Tidak mau tahu, tidak mau repot, dan tidak mau terkena imbas, itu ciri ciri orang yang suka cuci tangan dan lumrah kita jumpai dalam kehidupan sekarang.

Padahal disekeliling, terkadang dijumpai ada orang orang yang membutuhkan uluran tangan dan bantuan kita. Apakah itu orang sakit, orang susah, orang lemah, anak panti, hingga orang jompo sekalipun. Bisa jadi karena tidak mau mencampuri alias cuci tangan, kita serahkan kepada orang lain untuk mengurusnya.

Padahal bisa jadi kita punya potensi untuk membantu mereka keluar dari kesusahan dan beratnya kehidupan. Dengan menganggap semua urusan selesai ditangan orang lain, kita tidak akan pernah memberikan solusi terhadap pergumulan mereka yang susah. Padahal yang dibutuhkan dari kita tidak banyak banyak amat, yakni kepedulian, empati dan rasa persaudaraan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline