Lihat ke Halaman Asli

Efi anggriani

Wiraswasta

Cerpen | Aku Pramugari Udara Yang Siap Menerbangkan Pesawat

Diperbarui: 12 Desember 2019   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak terlalu cantik ,aku tidak terlalu tinggi tapi jangkauan lenganku bisa mencapai 220 cm, aku tidak suka berdandan , aku kutu buku dan nilai IQ ku pernah di tes 155 , aku lulusan sebuah Universitas terbagus dan aku punya satu mimpi keliling dunia.

Setelah lulus sarjana aku mencari beasiswa ke luar negeri dan gagal, aku bekerja di sebuah perusahaan yang sangat maju dan aku menikmati pekerjaanku, lalu entah kenapa aku iseng mendaftar menjadi pramugari maskapai internasional , setahu ibuku aku  bersikeras akan melanjutkan kuliah di luar negeri , makanya ibuku terkejut dengan keputusanku untuk bekerja, bahkan ibuku pernah mengantar sendiri berkas persyaratan beasiswa untuk ke Amerika Serikat , karena aku sedang bekerja dan tenggat waktunya mepet.

Ibuku cukup terkejut karena tahu persis aku bukan orang yang luwes dan murah senyum serta supel seperti adikku, yang kurasa lebih pantas menempati pekerjaan ini. Ibuku mendesakku agar aku kuliah saja sesuai dengan mimpiku selama ini dan beliau agak meragukan kemampuanku dalam bekerja karena aku adalah seorang yang serius , yang lebih cocok menjadi akademisi  seperti temanku.

Lalu aku meyakinkan pada ibuku bahwa aku akan bekerja , mencari uang lalu bersekolah lagi, itu hanya semacam batu loncatan dan terus terang aku orang yang lumayan profesional dan tidak menyukai hubungan kerja atas dasar relasi, aku tidak sombong , aku tidak berminat pada maskapai dalam negeri , karena banyak hal semisal salary dan profesionalitas.

Untuk pertama kali aku belajar berdandan dan  mengikuti tes serta wawancara dan terus terang  sempat keder karena aku hanya anak lulusan kuliahan yang belum paham tentang hospitality.

Aku masih bekerja di perusahaan tadi dan tidak berharap banyak  pada hasil wawancaraku, tidak terlalu ambisius , selama sepuluh bulan kemudian barulah aku mendapat panggilan untuk datang ke home base  maskapai internasional setelah mengurus segala sesuatu termasuk kesehatan dan visa , yang diurus oleh sebuah perusahaan .

Hari H aku berangkat setelah mendapatkan tiket dan segala macam menuju negara tempat aku bekerja. Sangat profesional dan ketat namun menjanjikan dan hanya perlu orang -orang yang tangguh dan tidak manja yang bisa bekerja disana. Maskapai internasional nomer satu.

Aku menjalani training di negara lainnya , mendapatkan apartemen dengan satu orang flatmate , masing-masing kamar dengan kamar mandi dalam , masing - masing kulkas , perlu detektor retina mata jika ada keluarga atau teman yang datang ke flatku , negara yang sangat ketat.

Aku terbang melintasi lima benua , dengan jadwal yang dibuat oleh kantor dan tidak ada campur tangan siapapun , teman-teman yang berasal dari berbagai belahan negeri , aku menabung untuk  bersekolah dalam waktu dekat , aku ingin yang lebih , meski sekarang aku sudah bekerja di kelas bisnis yang artinya orang- orang yang lebih kaya sebagai penumpang , dengan ekpektasi lebih tinggi .Aku bekerja dengan teman- teman yang sangat profesional dan aku tahu dimana tempatku berpijak.

Aku harus terlatih mengenai jam tidur serta segala macam, kelelahan akibat perbedaan cuaca sudah menjadi hal biasa, aku sudah terbiasa mengikuti ritme tidur dan benar-benar menjaga kondisiku.

Aku mengisi waktu luangku belajar bisnis dan ingin bisa mengambil master juga. Masih terlalu banyak mimpi yang kumiliki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline