Lihat ke Halaman Asli

Efi anggriani

Wiraswasta

Ketika Tidak Pilih-pilih Teman Itu Omong Kosong Belaka

Diperbarui: 3 Juli 2019   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tidak pilih-pilih teman? Itu hanya slogan. Manusia terayak pada minat dan pandangan serta beberapa yang menunjang adalah tingkat ekonomi. Kesenjangan di antara dua hal juga bersifat memberi jarak karena juga adanya tujuan yang berbeda.

Orang-orang kaya berpikir bagaimana mengolah uang menjadi uang lebih banyak, hingga nantinya tidak kekurangan di hari tua dan kalau punya perusahaan supaya tidak harus memecat pegawainya yang hidupnya bergantung pada perusahaan, atau misalnya hotel yang dia miliki. Orang kaya mungkin berteman dengan beberapa orang yang lebih rendah dalam tingkatan ekonomi, tetapi begitu tahu bahwa temannya manipulatif yang berpikir bahwa yang kaya harus selalu mengisi beban si temannya tadi, biasanya hubungan merenggang.

Orang kaya berpikir uang harus bekerja padanya bukan ia bekerja untuk mencari uang, itu tujuan akhirnya. Gaya hidup itu bonusnya. Orang kaya yang baik, mendirikan sarana pendidikan, menyantuni yatim piatu, menolong orang tanpa pilih-pilih, tetapi bukan berarti mereka yang ditolong bisa menjadi teman. Orang kaya tidak butuh pujian dan tidak malu menggunakan mobil jelek, tetapi mungkin memilih mobil bagus karena demi kenyamanan sekaligus prestige yang bisa saja dia tidak begitu membutuhkan label 'orang kaya'. Orang kaya tetap kaya meski sangat sederhana dalam soal makan dan jarang memikirkan hal-hal ruwet kecuali tentang bekerja.

Orang berkekurangan sibuk mencari  uang untuk menutupi kebutuhan dan ada yang memiliki beberapa sifat baper tentang tetangga yang melebihi, bisa juga tidak. Ia bekerja memenuhi kebutuhannya di samping merasa terus kurang dan kadang defensif melihat gaya tetangga  yang mewah.

Orang kaya kadang berpikir sangat sederhana, orang kekurangan bahkan berpikir sebaliknya. Segala hal bisa jadi baperan karena banyaknya tekanan hidup dan kurangnya rasa bersyukur.

Berandai-andai menjadi orang kaya yang baik dan memilih teman yang tidak manipulatif dan ribet.

Berandai-andai menjadi orang yang kekurangan, yang terus berusaha supaya menjadi lebih baik, ketika menurutnya harta bukan segalanya, tetapi kadang melakukan hal yang berkebalikan apa yang diyakininya. Sibuk dengan segala embel-embel supaya dianggap berlebih, sibuk dengan kedefensifan tentang orang kaya, sibuk dengan urusan yang menambah tekanan dalam hidup.

Susah dan senang,sebuah perjalanan. Ketika melihat rumput tetangga yang terlihat lebih baik, karena tetangga mungkin juga punya pikiran yang sama, rumput tetangga lainnya lebih baik.

Lihat dunia lebih luas, di atas langit masih ada langit. Fokus lebih ke diri lebih baik.

Pakailah kacamata kuda..ha.ha.

Tulisan ini berdasarkan beberapa orang yang saya kenal. Ketika kekurangan benci dengan gaya orang kaya, ketika suatu hari dia kaya, gayanya sepuluh kali lipat menyebalkan daripada gaya yang pernah dibencinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline