Lihat ke Halaman Asli

Effendy Wongso

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Serupa Wajah Kita yang Pasi

Diperbarui: 27 Februari 2021   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi puisi Serupa Wajah Kita yang Pasi. (Effendy Wongso/Dok. Pribadi)

Langit tak lagi biru ketika kasih datang
rindu yang berjelaga telah memias
serupa wajah kita yang pasi
Oh, di manakah kini segebung asa itu?
dalam denting hati yang samar
atau nada yang mengideofon
dalam gendang telinga kita?

Sungguh,
cinta kita telah tercemar nila
dan tangis Bunda
adalah tempias dosa kita

Seperti kita tempo itu
birama waktu yang tak terbilang
telah menenggelamkan kita dalam basir rasa
membekukan kita dalam pongah
hingga tangis Bunda terabai

Cinta,
biarkan aku di sini
dalam kungkung empat tembok gawir
hingga dapat kurenungi
tingkah kita yang kanak-kanak
dan kumaknai arti semua

Sebab aku di sini
hanya menghitung sisa waktu
yang masih menggayut
dalam napas pendek usia beliaku

Sekali ini aku pinta
genangkan kenangan kita
yang telah mendebukan cinta kita
hingga tiga hati terluka

Cinta
biarkan aku di sini
sebab aku ingin melarung
dosa-dosa yang tak terampuni
pada kolam airmata kinasih Bunda




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline