Lihat ke Halaman Asli

Efa Butar butar

TERVERIFIKASI

Content Writer

"24 Hours to Live", Pesan Kehidupan Bahwa Pekerjaan Tak Lebih Berharga Dibanding Keluarga

Diperbarui: 7 Februari 2018   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ethan Hawke dalam "24 Hours to Live"| Sumber:hellhorror.com/

Film perdana yang disuguhkan Komik Kompasiana di awal Februari 2018 ini sama dengan film penutup Januari 2018, yaitu masih mengusung genre action. Dua hal yang menarik dari film ini bagi saya adalah judulnya dan ketika salah satu peserta Nobar sempat "nyeletuk" biasanya kalau pemerannya Ethan filmnya suka konyol. Dalam benak saya, ya mungkin ada komedinya juga.

Seorang bijak berkata "Hiduplah seakan kamu akan mati besok." Dan kalimat tersebut, disampaikan dengan baik oleh Ethan Hawke dalam perannya.

Demi $ 2 juta, Travis Conrad yang diperankan oleh Ethan Hawke kembali dalam organisasi yang menghabisi nyawa istri dan anaknya. Tujuannya masih seputar kriminal, yaitu menghabisi nyawa mantan anggota Red Mountain yang mengetahui segala rahasia dalam organisasi tersebut dan berencana untuk membeberkannya pada pemerintah Amerika Serikat.

Kembali bertugas pada Red Mountain rupanya menjadi langkah awalnya mengetahui kebusukan yang tengah terjadi dalam organisasi tersebut. Dirinya dihabisi seorang wanita yang juga bertugas sebagai polisi internasional yang melindungi targetnya.

Menjadi korban penembakan di tangan seorang wanita, Travis mendapatkan perlakuan yang sama dari organisasi tersebut. Sebuah eksperimen yang menelan banyak korban kini menimpa dirinya hingga akhirnya dia berkesempatan untuk hidup 24 jam lagi. Sayangnya, hidup 24 jam tersebut ada dalam bayang-bayang halusinasi efek dari obat yang disuntikkan ke dalam tubuhnya.

Berkesempatan hidup 24 jam nyatanya tak membuatnya bisa hidup tenang, bayangan anak dan istrinya terus menghantui dirinya.

Realita Manusia yang Menghamba Pada Pekerjaan

Dalam film 24 Hours to Live, Ethan, sang agen terbaik dalam organisasi Red Mountain, seorang suami bagi istrinya dan seorang ayah untuk anak lelakinya, memilih untuk menghabiskan waktunya bersama Red Mountain tempatnya bekerja walau dalam setiap adegan, tampak sekali bahwa Ethan melakukannya dengan keterpaksaan.

Tidak ada waktu yang tersisa untuk keluarga. Meski kerap berjanji untuk segera kembali dan tak pergi lagi, Ethan malah mengingkari janjinya sendiri kepada keluarga kecilnya.

Sampai akhirnya istri dan anaknya menjadi korban kejahatan Red Mountain. Mereka dibunuh. Oleh seseorang yang seharusnya melindungi keluarganya.

Rasanya tak hanya dalam film ini, dalam kehidupan nyata, banyak sekali orang memilih menghabiskan waktu untuk pekerjaan, menomorduakan keluarga, berjanji untuk kembali namun diingkarinya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline