Lihat ke Halaman Asli

eddy lana

Eddylana

Berakhir di Jembatan Ampera

Diperbarui: 30 Juli 2021   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Rani mengipas-ngipaskan selembar koran bekas ditangannya. Hari terasa sangat menyengat sekali. Tetapi ada yang lebih panas lagi dibanding itu, hatinya. 

Dihadapannya duduk lunglai seorang perempuan. Seorang anak kecil perempuan melengut terpejam dipelukannya. Disisinya, tampak anak lelaki usia sembilan tahunan, tengah asyik melahap sepotong ubi goreng. 

Perempuan itu adalah kakak iparnya, nama panggilannya Amas. Masih membekas kecantikan di parasnya, walau gurat kelelahan tampak membias lewat kulit wajahnya. 

" Nanti kita bareng saja menemui bang Amran."  Sepenggal suara terlepas dari mulut Rani. Perempuan didepan nya cuma menggelengkan kepala sembari melenguh. 

" Percuma saja Rani, abangmu sudah terlalu dalam jatuhnya. Hatinya sudah sekeras batu, dia mengatakan bahwa apapun tak bakal mampu mengubah keinginannya itu " Tukas kakak iparnya lirih dengan suara sedikit terisak. 

" Aku pun sudah melapor pada kedua abang mu yang lain. " Susul wanita itu kembali pada Rani. Mata Rani mendelik penasaran mendengar perkataan kakak iparnya. 

" Lalu, apa yang mereka katakan? " sentak Rani mendesak. 

Amas mengalihkan pandangnya ke langit-langit rumah, seolah ingin melepas sesuatu agar cepat menghilang. " Kedua abangmu cuma mengangkat bahu. Mereka bilang, itu adalah urusanmu. " ujar perempuan itu masih dengan kepala yang mendongak kelangit-langit rumah. 

" Dasar laki-laki! " Cetus Rani bernada kesal, "Kalau begitu biar aku saja yang menemui bang Amran! " Seru Rani dengan nada menyentak. Amarahnya seketika muncul, saat menyadari bahwa urusan yang menimpa kakak iparnya, berarti juga kelangsungan kehidupan kedua keponakannya. 

" Sementara ini kakak menginap dirumahku. Besok biar aku yang pergi sendiri menemui bang Amran." ujar Rani sembari meninggalkan ruang tamu untuk membereskan tempat tidur buat anak beranak itu bermalam. 

Ke-esokan hari, Rani sudah berada dikursi teras rumah abangnya, Amran. Rumah abangnya cukup besar, sebuah halaman berumput menjorok kejalan beraspal  yang dibatasi pagar ber-batang besi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline