Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Jangan Tunda Menulis Hanya karena (Merasa) Belum Cakap Berbahasa Indonesia

Diperbarui: 11 Oktober 2020   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi memahami bacaan. (sumber: Thinkstocks/URFINGUSS)

Tahun 2013 saya menulis buku berjudul Menulis dengan Modal Nekat. Buku tersebut berisi 35 subjudul yang seluruhnya mengangkat tentang berbagai aspek dunia tulis-menulis. Penekanan buku ini bukan pada teori, melainkan pada motivasi menulis bagi para calon penulis dan penulis pemula.

Memotivasi Calon Penulis

Mengapa buku itu saya tulis? Melalui buku tersebut saya ingin mendorong para calon penulis atau penulis pemula untuk berani menulis. Belajar menulis melalui praktik menulis!

Kendati banyak hal yang berkaitan dengan berbagai aspek dalam penggunaan bahasa, misalnya, jangan terlalu dikhawatirkan, terus saja menulis. Itulah sebabnya saya beri judul Menulis dengan Modal Nekat.

Siapa pun yang hendak belajar menulis, paling tidak harus memiliki ide yang akan ditulis. Ia mesti mempunyai gagasan yang akan dituangkannya ke dalam sebuah karya tulis. Tanpa gagasan, tak ada yang bisa ditulis.

Selanjutnya, untuk mengekspresikan gagasan tersebut, si penulis harus menggunakan simbol-simbol bahasa tulis, seperti kata, huruf, dan tanda baca. Jadi, ia harus menggunakan seperangkat simbol bahasa tersebut yang mewakili pikiran dan perasaannya agar sampai dan dipahami oleh pembaca.

Penggunaan Bahasa Indonesia

Tidak cukup dengan itu. Ia harus mampu merangkai huruf dan tanda baca itu sedemikian rupa agar menjadi sebuah kata, lalu menjadi paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah artikel yang utuh.

Ia pun mesti cermat menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam bahasa tulis mengharuskan si penulis menaati kaidah-kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Misalnya, ia harus mengetahui dan bisa membedakan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis, juga ragam baku dan tidak baku. Ia juga mesti teliti dalam memilih kata (diksi).

Dia seyogianya mampu membuat paragraf yang baik, termasuk teknik mengembangkan paragraf dengan pola berpikir deduktif dan induktif. Bagaimana membuat sebuah paragraf dengan padu dan peralihan paragraf agar tak terasa "melompat", seorang penulis harus memahaminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline