Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Inilah Seni "Ngobrol" dengan Barang Milik Anda

Diperbarui: 7 April 2019   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada awalnya saya ingin berburu buku tentang bagaimana beres-beres rumah karya Marie Kondo yang sempat diperbincangkan di situs ini. Tapi, kebetulan buku itu sudah habis.

Lalu, di lapak toko buku bagian depan tempat buku-buku yang terjual laris dipajang, saya temukan buku Francine Jay. Judulnya: Seni Hidup Minimalis. Buku terjemahan berkulit kuning ini dtebitkan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 2019, cetakan ketiga, berketebalan 262 halaman. Cetakan pertamanya Agustus 2018 dan cetakan kedua Januari 2019. Jadi, belum setahun ya, tapi sudah tiga kali dicetak ulang. Pertanda buku laris.

Belum Selesai Membaca

Seperti biasanya saya lakukan setiap kali menilai buku sebelum memutuskan untuk membeli atau tidak, adalah dengan melihat sekilas daftar isinya. Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama tentang dasar pemikiran hidup minimalis, bagian kedua tentang streamline -- praktik hidup minimalis, bagian ketiga mengenai mengamati dan menyeleksi barang dari ruangan ke ruangan, dan bagian keempat tentang cara hidup bebas dari berantakan.

Saya belum tuntas membaca buku ini, baru selesai menikmati bagian pertama saja sebanyak 46 halaman, tentang dasar pemikiran hidup minimalis. Saya ulang membaca bagian pertama ini hingga dua kali, lalu menggarisbawahi dengan pensil beberapa bagian kalimat yang penting.

 Walapun belum selesai membacanya keseluruhan, saya ingin berbagi kepada para sahabat kompasianer. Mengapa saya tertarik untuk menyampaikan sepintas isi buku ini? Apalagi kalau bukan, saya ingin berbagi, agar pengetahuan ini tak hanya saya simpan, tetapi berguna juga bagi pembaca kompasiana sekaligus mendorong Anda membacanya juga nanti.

Tiga Ketegori Barang

Marilah kita mulai. Menurut sang penulis buku, secara umum, ada tiga kategori barang, yaitu barang fungsional, barang dekoratif, dan barang emosional. Apa itu? Barang fungsional, tulis Francine Jay, adalah barang yang bersifat praktis, punya kegunaan, dan membantu kita menyelesaikan tugas-tugas di rumah. Ada yang penting untuk kelangsungan hidup, ada pula yang berfungsi memudahkan hidup.

Berikutnya, barang dekoratif adalah barang-barang yang tidak memiliki fungsi seperti disebutkan di atas, tetapi memuaskan kebutuhan kita dalam bentuk lain. Barang ini, kita beli karena enak dipandang. "Apresiasi estetis adalah bagian penting dari identitas kita dan tidak seharusnya dihentikan," tulis sang penulis buku.

Yang terakhir adalah barang-barang emosional. Barang-barang ini berada di luar kategori di atas. Umumnya barang-barang dalam kategori ini memiliki nilai nostalgia atau kedekatan emosional. Misalnya keramik warisan nenek, koleksi uang koin milik ayah, dan sejenisnya. "Terapkan prinsip ini: jika barang-barang itu membuat Anda bahagia, letakkanlah di tempat yang terlihat jelas dan nikmati keberadaannya," papar penulis buku ini.

Mengobrol dengan Barang Anda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline