Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Bunaken, Taman Wisata Laut yang Tak Terlupakan

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13381058121267597234

Speedboat berderet-deret memenuhi pelabuhan pemberangkatan di pantai Manado. Kami memilih menumpang speedboat ukuran sedang dengan isi maksimum 12 orang. Setelah membayar ongkos penyeberangan sebesar Rp.750.000,- ditambah biaya asuransi, kami pun naik ke atas speedboat dan siap meluncur ke Pulau Bunaken.

[caption id="attachment_190835" align="aligncenter" width="591" caption="Antarkan kami ke Bunaken ya Pak"][/caption]

Lumayan deg-degan juga saat keberangkatan karena speedboat yang bergerak cepat seakan-akan melompat-lompat di permukan laut biru. Keindahan alam membuat rasa khawatir itu perlahan-lahan lenyap, digantikan dengan kesuntukan menikmati pemandangan laut. Perjalanan ini memakan waktu kurang-lebih 30 menit untuk tiba di taman laut Bunaken.

[caption id="attachment_190837" align="aligncenter" width="591" caption="Keindahan alam yang tiada duanya"]

1338106054760377838

[/caption]

Sebuah perahu yang sedikit lebih besar sudah menunggu di tengah laut dekat Bunaken, siap mengantarkan kami untuk melihat-lihat isi alam bawah laut. Perahu ini mengantarkan kami berkeliling melihat kehidupan bawah laut yang demikian indah. Ada ruang kaca yang tembus pandang ke dasar laut. Dari situ kami dapat melihat dengan sangat jelas kehidupan biota laut Bunaken. Terumbu karang yang beraneka rupa, berbagai jenis ikan berwarna-warni bagai dilukis dengan kuas alam, membuat kami terpesona.

[caption id="attachment_190840" align="aligncenter" width="591" caption="Taman laut Bunaken yang mempesona"]

133810618426024618

[/caption]

Di pantai Pulau Bunaken kami mendarat dan menikmati kesejukan alam di bawah barisan pohon-pohon ketapang yang tinggi, besar, dan rimbun. Kios-kios kecil berderet-deret menawarkan berbagai jenis pakaian, terutama baju kaos, topi, dan assesoris. Kami pun menyeruput es kelapa muda bertemankan pisang goreng special. “Pisang gorengnya terbuat dari pisang sepatu,” ujar sang penjual. Uniknya lagi, pisang goreng itu bukannya dimakan dengan gula merah, melainkan dengan sambal. Keren, unik, asyik!

[caption id="attachment_190841" align="aligncenter" width="591" caption="Nampang di Gapura Taman Laut Bunaken"]

13381063101894837981

[/caption]

Setelah membeli beberapa potong baju kaos, langkah kaki kami membawa kami ke sebuah restoran yang terletak paling ujung pantai. Perut yang mulai keroncongan sudah memanggil-manggil untuk segera minta diisi. Dan, wow, nikmatnya masakan di restoran ini. Ada dua jenis sambal, yang satu terbuat dari tomat yang dipotong-potong kecil dan yang satunya lagi terbuat dari cabai yang diulek. Pelayan restoran menghidangkan dua porsi ikan bakar yang berukuran besar di meja makan. Rasa lapar datang kian kuat lantaran rangsangan makanan yang sudah siap di ujung hidung dengan aroma menggoda selera. Ternyata, amazing, nikmatnya bukan main!

Matahari bergesar ke barat. Hari sudah beranjak sore. Kami berkemas-kemas hendak kembali ke pelabuhan pemberangkatan bersama speedboat yang mengantarkan kami ke Bunaken. Serasa ingin berlama-lama, tapi waktu jua yang mengharuskan kami meninggalkan Bunaken.

Bunaken yang indah. Takkan pernah kulupakan dikau. Terima kasih atas alammu yang asri dan alami, penghunimu yang ramah, dan lautmu yang biru. Terima kasih atas pemandangan alam bawah lautmu yang tiada duanya, juga atas senyum manis pekerja perahu yang mengantarkan kami berkeliling. Salam hangatku untuk Bunaken, juga salam hangatku untuk Manado yang ramah.

( I Ketut Suweca , 27 Mei 2012).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline