Lihat ke Halaman Asli

Ecik Wijaya

Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Menanak Air Mata

Diperbarui: 8 Juli 2021   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi air mata| Sumber: smartmeetings.com via Kompas.com

bubur beras dibubuhi sedikit garam,
segenggam beras dengan berliter air,
melunakkan lapar yang mengerang,
ibu bukan sedang menanak beras jadi nasi nak,
tapi menanak air mata diam-diam,
bila esok kau temui ada warna hitam diantaranya, itu karena keringat ibu yang menyerpih di dahi

bubur beras dibubuhi sedikit garam,
segenggam beras dengan berliter air,
melunakkan lapar yang mengerang,
tungku dunia yang mendidihkan rasa kecewa dan syukur yang sinis,
aiih bila ibu melihat matamu yang mengharap dan bibir yang bergetar,
mungkin saja darah ibu yang bakal ibu tuang,

itu kemaren nak, hari ini kita temu beras dan garam lagi tapi ia tak cukup lunak lagi,
untuk kita kunyah, untuk pelipur perih perut kita,
karena keburu malam pekat dimatamu hingga memutih,
sampai ibu tak sanggup lagi menanak, bahkan didada tak ada lagi tungku yang nyala,
 

mungkin terlampau kenyang itu malah membunuh kita nak,
seperti mereka yang panik jika kita kenyang

Cukupi menanak air mata kita pasti kenyang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline