Lihat ke Halaman Asli

Ecik Wijaya

Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Melepas Genggaman

Diperbarui: 1 Desember 2020   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kelopak malam jatuh menjelang adzan
Menganak sungai airmata
Bagai segala sesal bertubi-tubi memukul jiwa
Syahdan, ia memang bertekad pulang

Jam dinding berputar ditanya kabarnya saban saat
Semacam menunggu tamu atau kereta keberangkatan
Sapa-sapa hangat dari masa lampau sering digumankan
Yang hidup lengah tercuri dengan lekas

Aduhai, masa melepas genggaman
Berganti tangkupan tangan berdaun
Wadah air mata sesal atas dosa
Punah segala upaya, dilarung kerelaan rebah

Fajar masih hitam, sepi menepi jiwa
Kadung sesal dikandung badan yang hidup
Keabadian hanya waktu-Nya
Segala doa ampunan dihaturkan, sebelum maut sungguh memisau

Rabbana, habibana
Sungguh ia yang rela rebah sungguh
Adalah bentuk serah diri paling agung
Mengabukan segala keakuan, mendirikan Esa-Mu


Sekali hembusan, takdir merubah segala
Rahmatilah!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline