Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melepas Genggaman

1 Desember 2020   18:15 Diperbarui: 1 Desember 2020   18:32 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kelopak malam jatuh menjelang adzan
Menganak sungai airmata
Bagai segala sesal bertubi-tubi memukul jiwa
Syahdan, ia memang bertekad pulang

Jam dinding berputar ditanya kabarnya saban saat
Semacam menunggu tamu atau kereta keberangkatan
Sapa-sapa hangat dari masa lampau sering digumankan
Yang hidup lengah tercuri dengan lekas

Aduhai, masa melepas genggaman
Berganti tangkupan tangan berdaun
Wadah air mata sesal atas dosa
Punah segala upaya, dilarung kerelaan rebah

Fajar masih hitam, sepi menepi jiwa
Kadung sesal dikandung badan yang hidup
Keabadian hanya waktu-Nya
Segala doa ampunan dihaturkan, sebelum maut sungguh memisau

Rabbana, habibana
Sungguh ia yang rela rebah sungguh
Adalah bentuk serah diri paling agung
Mengabukan segala keakuan, mendirikan Esa-Mu


Sekali hembusan, takdir merubah segala
Rahmatilah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun