Lihat ke Halaman Asli

Theresia Deborah Pardede

Echa. Penggemar anak²...

Ter.....

Diperbarui: 2 Desember 2019   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih sering takjub bagaimana cara Tuhan mangakurkan kita kembali. Sempat tidak saling memikirkan lagi. Namun lagi-lagi, Tuhan menjatuhkan hatiku pada orang yang sama. Tidak tergesa-gesa, Tuhan membuat semua berjalan dengan perlahan.

Masih bisa terbayang olehku saat-saat dimana hatiku benar-benar hancur bersama dengan berakhirnya kita dulu. Satu dua tahun tidak cukup untuk merelakan yang terjadi. Mungkin jika bantalku bisa berbicara, dia akan protes karena hampir tiap malam dia harus lembab 😂

Ahh, benar. Aku sungguh teramat mengasihimu saat itu. Hitungan tahun aku menjalani hari-hari sebagai pesakitan, melihatmu setiap hari, dan aku harus mengingatkan diriku sendiri untuk sadar diri. Apa kamu tahu, kamu sangat mengacuhkanku pada saat itu?

Hingga akhirnya kita sampai di saat dimana aku tidak harus lagi melihatmu setiap hari. Mulai kubenahi hatiku, aku menemukan cara bahagia yang sudah terlebih dahulu kamu temukan.

Kita saling melupa, tidak lagi saling menyapa, dan kupikir itu adalah akhir dari semua tentang kita. Kamu bahagia dan akupun bahagia dengan cara masing-masing. Kamu mengasihi kekasihmu dan aku mengasihi kekasihku.

Aku bahkan lupa bagaimana akhirnya kita saling menyapa kembali.

Hingga akhirnya semua berjalan seperti sekarang, aku tidak mau kejauhan menyebutmu sebagai kekasihku, karena nyatanya memang bukan. Tapi aku mengasihimu, dan kubiarkan kamu mengetahui itu terang-terangan.

Untuk ke depan aku akan menjalani apa adanya. Menjadi orang yang bahagia di saat kamu bahagia, dan aku menikmatinya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline