Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Dzaky Fauzi

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Menumpulkan Pisau Bedah Ketidaktahuan

Diperbarui: 9 Agustus 2022   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hukuman yang ditimpakan bagi Adam adalah sebab ketidaktahuan. Turun ke bumi dan terpencarnya Adam dan istrinya, juga pastilah termasuk ketidaktahuan.  Terbunuhnya salah seorang anak Adam, tak lain dan tak bukan berakar pada ketidaktahuan. 

Namun begitu, Tuhan tak ingin kita berdalih, apalagi menuding ketidaktahuan. Bisa jadi, ketidaktahuan itulah anugerah, tapi tak menutup kemungkinan, ketidaktahuan mendatangkan bala. 

Sebagaimana yang tertuang dalam Q.S Al-'Alaq ayat 1: Bacalah.

Kalau sudah begini, boleh-lah kiranya ketidaktahuan dianalogikan mirip gelanggang tinju. Tali yang terpancang dari sudut ke sudut, yang membatasi ruang gerak petarung, merupakan cerminan akal yang dangkal. Ada baiknya memang membiarkan tali di pinggiran itu tetap terpasang. 

Bayangkan saja kalau kita tahu segala hal. Mungkin bumi akan senyap. Maka manusia bisa berkompromi soal ini. Anggap saja ilmu tak lain dari sarung tinju yang dipinjamkan Tuhan. Dan yang dihadapi, adalah risiko, ketakutan, ancaman, dan lain hal. 

Seiring dengan analogi sempit yang saya jabarkan, menilik Indonesia dewasa ini, gejala-gejala itu terpupuk rajin dan lestari. Ketidaktahuan jadi pelarian paling lumrah yang menjadi dalih agar dapat pemakluman. Lalu bagaimana menyikapi hal ini dengan pikiran terbuka?

Jadikan ketidaktahuan menjadi aset utama dalam mencari jawaban. Menerima sudut pandang baru tanpa menghakimi dan mencernanya dari hati ke hati, akan memberikan lanskap baru terkait ketidaktahuan atas suatu pandangan. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline