Lihat ke Halaman Asli

Inamu Dzakiyyatul Jamilah

Fb : Inamu dzakiyyatul jamilah, Instagram :Inamu_99

Beberapa Perbedaan Pandangan Pengasuhan antara Ibu dan Ayah

Diperbarui: 4 November 2019   03:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hallo sehat

 

Sudah tak heran lagi di dalam pengasuhan orang tua kepada anak menemui sebuah mispersepsi, sang ibu yang semua harus serba perfect dalam memberikan pendididkan terbaik anak-anaknya. bisa sebaliknya cara ayah menyikapi hal-hal yang muncul pada anak. contoh sederhananya saja, ketika anak dengan sangat antusias bercerita pengalamannya, si ayah hanya menanggapi seadanya dan nyaris hal tersebut bisa menjatuhkn sang anak.

"Iya dek, nggak usah heboh gitu dong..." begitulah ayah berkomentar. Bgi seorang ibu yng rajin "mantengin" ilmu-ilmu pengasuhan dan cukup ktif mengikuti komunitas-komunitas pendidikan nak, tentu akan merasa sesak mendengar tanggapan tersebut. sebaliknya, bagi sang aya sendiri, mana paham kalauu kalimat yang spontan di ucapkan itu salah besar dan merendkan perasaan anak.

Atau ketika seorang ibu dengan sigap mematikan supaya anak-anak lebih sibuk membaca cerita atau mengaji. Tahu tahu si ayah sudah duduk manis di atas sofa sambil memindah-mindahkan saluran televisi, ditambah dengan volume suara TV yang terdengar sampai radius beberapa meter, membuat si ibu bertambah kesal.

mematikan TV yang dilakukan ibu, bukan tranpa tujuan. karena dia tahu bahwa membacakan buku, mendengarkan cerita, menggambar, menghafal Juz'Amma atau doa'do'a  dan berbagai aktivitas lainnya, jauh lebih menyegarkan otak ank ketimbang tontonan yang tak jelas. namun sebaliknya,  ayah tak begitu peduli dengan bhya menoonton TV bagi nak. yang ayah tahu, adalah bahwa TV itu hiburan.

Selain itu, ayahpun perlu rehat sejenak menikmati berita atau sekedar hiburan lain yang bis mengurangi rasa penat dia selepas kerja. Masuk akal memang, seorang ayah sejenak merebahkan tubuh lelahnya sambil menikmati tayangan yang disuguhkan stasiun TV. namun, kewajaran sang ayh berbenturan dengan idealisme ibu yang pada saat yang sama tengah menjaga moralitas anak dari hal-hal yang tidak diinginkan dari tayangan-tayangan televisi suguhkan. Pada akhirnya, kekhawatiran ibu akan kecemerlangan berpikir anak, ketakutannya akan munculnya sifat malas akibat terlalu banyak nonton, kecemasannya akan munculnya kecanduan, semakin membesar sat ayah melakukan satu kesalahan dengan perasan tak berdosa. 

Contoh perbedaan idealisme antara ibu dan ayah adalah saat sang ibu habis-habisan mengkondisikan putra-putrinya agar rajin menabung atau mengisi celengan.

Bahkan, ketika salah satu putranya menginginkan sebuah permainan, atau barang seperti tas, sepatu, sangibu dengan bijak memintanya untuk mengumpulkan uang terlebih dahulu. Ini semata-mata bukan karena tak ada uang, melainbkan sebagai bentuk pendidikan yang diberikan kepada anak. tujuannya supaya mereka terbiasa berusaha dan tidak serba bergantung.  

namun dari hal terebut, ada hal yang membut seorang ibu sedih jika ayah tiba, dengan sesuka hati  mengajak berbelanja anak dengan memberikan kebebaan memilih barang-barang yang disukainya. dengan alasan,  karena sedang kangen dengan anak, karena beberapa bulan tidak bertemu langsung dengan anak, mungkin hal tersebut ada yang berpendapat, jadi ibu kok gitu banget.. (ya namanya aja beda

 pandangan dalam pengasuhan chiiin).

mungkin dari ibu sendiri hanya terpaku melihat anak-anak di giring ke mobil untuk pergi berbelanja permainan atau barang lainya. Huuuuuuuuu idealisme yang terlindas dalam waktu yang sangat singkat, perjuangan mengumpulkan rupiah utnuk mendapatkn tas baru, pupus begitu saja karena mendapat pengabulan yang pragmatis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline