Lihat ke Halaman Asli

Dyas Rizki

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Charles Wright Mills, Rasionalitas, Kerah Putih, dan Imajinasi Sosiologi

Diperbarui: 16 November 2022   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Charles Wright Mills adalah sosiolog asal Amerika yang lahir pada tanggal 28 Agustus 1916 di Texas. Pada tahun 1939, Mills mendapatkan gelarnya A.B dan A.M dari Universitas Texas. Lalu pada tahun 1941 Mills mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas Wisconsin.

Mills lalu melanjutkan perjalanan akademiknya dengan bergabung ke Fakultas Sosiologi di Universitas Columbia dengan menjadi dosen Sosiologi disana pada tahun 1946. Pemikiran dan karyanya membuat ia menjadi salah satu sosiolog dan kritikus yang sangat berpengaruh pada abad 20 di Amerika.

 Salah satu pengaruh terbesar dalam pemikiran Mills adalah landasan teoritis yang dikemukakan Max Weber. Pemikiran Mills berpusat kepada rasionalisasi karena pengaruh dari Weber. Mills memiliki pandangan yang menyeluruh dari sistem sosial budaya. Dalam sistem sosial budaya tersebut, komponen didalamnya saling bergantungan dan hal ini mempengaruhi nilai-nilai, pikiran dan perilaku individu.

Dalam pemikirannya yang bertemakan Rasionalisasi, Mills berpendapat bahwa Rasionalisasi itu sendiri adalah  pengaplikasian yang praktis dari pengetahuan untuk mencapai tujuan yang ingin dituju. Hal yang ingin dicapai dari sistem adalah efisiensi dan kemampuannya adalah koordinasi dan kontrol atas proses sosial sehingga tujuan dapat tercapai. 

Birokrasi dalam masyarakat memiliki prinsip ini dan juga pembagian kerja yang bersifat birokratis. Rasionalisasi merupakan asumsi dasar yang dimiliki Mills tentang sifat masyarakat dan manusia.

Mills berpendapat bahwa manusia tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya dan struktur sosial yang mereka tinggali. Manusia memiliki pengalaman dan nilai-nilai yang ditanamkan yang membentuk mereka sehingga hal-hal tersebut tidak bisa dipisahkan. 

Manusia menurut ia juga termotivasi oleh nilai. kepercayaan dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang dimana mereka menjadi bagiannya. Perubahan struktural juga mempengaruhi satu sama lain karena saling berhubungan dan saling merangkul. Namun, tempo perubahan ini mempercepat era modern dan perubahan memberi beban terhadap mereka yang berada dalam kendali organisasi-organisasi masyarakat yang membesarkan mereka.

Pekerja berkerah putih adalah istilah yang diberikan Mills. Pekerja berkerah putih tercipta karena adanya pertumbuhan birokrasi, perubahan teknologi dan keinginan pasar yang berasal dari masyarakat industri. Menurut Mills pekerjaan dibagi menjadi suatu sistem fungsional yang sederhana. 

Pembagian ini bersifat hierarki yang dimana pengambilan keputusan dan fungsi eksekutif berpusat pada gerak naik hirarki. Pembagian ini menimbulkan kesenjangan antar komponen seperti staf atau karyawan biasa  dan manajer. Kesenjangan ini membuat karyawan biasa terasingkan dari kapasitas intelektualnya dan terpaksa menjalani rutinitas bekerja karena hal itu dianggap sesuatu yang wajib dilakukan olehnya setiap hari.

 Mills berpendapat bahwa terdapat lima masalah sosial yang bersifat menyeluruh yaitu Alienasi, Apatisme, ancaman terhadap demokrasi, ancaman terhadap kebebasan manusia, dan konflik antara rasionalitas birokrasi dan akal manusia.

Imajinasi sosiologis menurut Mills adalah pemikiran yang menggambarkan pola pikir mengenai suatu hal yang sosiologis. Pemikiran ini dipengaruhi oleh hubungan sosial dan pengalaman yang dialami manusia tersebut. Oleh sebab itu terdapat tiga komponen dalam imajinasi sosiologis yaitu sejarah, biografi dan struktur sosial. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline