Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Mimpi Pulang Kampung yang Akhirnya "Ambyar"

Diperbarui: 4 April 2020   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Lebaran Para Perantau Kangen dengan suasana Pasar Tradisional. Lokasi Pasar Talun, Dukun Magelang (dokumen pribadi)

Sungguh malang nasib perantau saat ini. Akibat Covid -19 musim mudik sepertinya akan berakhir "Ambyar "berantakan.

Sekarang sudah bulan April tidak sampai sebulan puasa akan tiba dan pikiran perantau adalah bagaimana mencari uang sebanyak- banyaknya untuk mudik bertemu sanak keluarga dan teman-teman lamanya.

Para perantau kangen dengan suasana kampung halamannya, silaturahmi dan bercerita banyak tentang suka duka sebagai perantau. Mereka sudah berpikir membawa segepok uang untuk dibagikan. Berbagi kebahagiaan untuk pekerjaan yang ia lakukan siang malam demi untuk bisa pulang lebaran berikutnya.

Saya terkadang malu pada semangat para perantau yang antusias untuk selalu pulang. Saya malah jarang pulang waktu lebaran. Sangat jarang ketemu teman, karena jadwal pulang saya beda dengan yang mudik pas lebaran.

Sebagai perantau kerinduan untuk menghirup udara kampung terkadang membuat baper, istilahnya Gegana (gelisah, galau, dan merana). Saya ingin merasakan tertawa bersama mereka meriahnya gelegar petasan saat lebaran hari pertama.

Namun saya mungkin kurang beruntung karena saya masih harus berjuang keras untuk bisa menegakkan periuk nasi dan sisanya ditabung untuk bisa pulang. Ibu saya menunggu di rumah dan pasti kangen, tetapi giliran untuk pulang memang belum tiba.

Sebagai gantinya saya sering video call dengan ibu saya di kampung.

Perantau kadang suka menipu diri sendiri. Berlagak keren dengan dandanan gaya kota, menyewa mobil atau membeli mobil dengan cara mencicil dan menyiapkan sejumlah uang dari THR plus uang dari menggadaikan barang.

Mereka dengan bangga pulang dengan membawa berita bahwa ia telah sukses di kota, membawa pulang uang dan berbagi rejeki dengan sanak saudaranya.

Dan  ketika batas liburan telah tiba, perjuangan di mulai lagi. Para perantau sudah mulai berjuang dari awal untuk mengumpulkan bekal receh demi receh. Bekerja lagi dari pagi sampai malam. Berangkat sebelum matahari tiba dan pulang setelah larut malam.

Tahun 2020 ini impian para perantau sepertinya menemui nasib beda. Sebelum liburan tiba wabah Corona membuat mimpi- mimpi perantau berantakan. Uang yang dikumpulkan untuk pulang, mulai habis hanya untuk mengkarantina diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline