Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Menebak Arah Politik yang Cenderung Plin-plan

Diperbarui: 26 Juli 2019   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik itu cenderung plin-plan kekuasaanlah yang konsisten sedangkan perkawanan tergantung siapa yang lebih menguntungkan (ilustrasi ted.com/locita.co)

Tidak ada kawan yang abadi yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Itu yang bisa saya tangkap dalam dunia politik di Indonesia. Besok si A berkawan dengan si B, minggu depan bisa beda dengan melihat berbagai kepentingan yang menguntungkan. 

Kemarin boleh jadi gerindra sangat gemas dengan PDIP dan berusaha melawan semua ideologi nasionalisme yang ditawarkan oleh partai berlambang Banteng moncong putih tersebut, saling serang dengan memanfaatkan hoaks dan ujaran-ujaran kebencian. Kemarin mengatakan Lu, Gue, besok menyapa dengan kangmas.

Boleh Jadi ada pendapat yang memberi ilustrasi watak antara politisi dan negarawan adalah politisi berpikir tentang pemilihan berikutnya, sedangkan negarawan berpikir tentang generasi berikutnya - James Freeman Clarke . Indonesia masih didominasi oleh politikus berwatak plin- plan dan masih sedikit negarawan yang mau berpikir demi masa depan bangsa dan generasi mendatang.

Manuver Politik Untuk melanggengkan Kekuasaan

Kemarin dengan terpaksa menggandeng orang- orang yang sangat berambisi menyandingkan agama dengan politik, sekarang menolak tegas  ideologi khilafah apapun yang terjadi. Polarisasi dukungan berubah. Yang pro pemerintah ternyata melakukan pendekatan dengan yang pro politik identitas dengan mengusungnya menjadi calon presiden yang akan datang. 

Kepentingan politik membuat situasi dinamis. Yang sebelumnya kawan akhirnya menjadi lawan, yang sebelumnya lawan dengan melihat perkembangan akhirnya merapat dekat.

Saya melihat sekarang ini menjadi bingung sendiri, siapakah yang saya dukung, ataukah akhirnya diam sambil menunggu wangsit dari langit untuk menentukan siapa yang sekiranya saya pilih untuk memimpin Indonesia terhitung lima tahun ke depan.

Saya melihat Nasional Demokrat mulai menjajagi kerjasama dengan Anies Baswedan, sedangkan Prabowo Subianto dengan Megawati mulai mendekat lagi untuk menjajagi kerjasama dalam politik. Gerindra yang sebelumnya didukung mereka yang pro Khilafah berbalik menolak politik identitas dan kembali ke jalur nasionalis. Sedangkan sejak pertemuan Prabowo dengan Jokowi di MRT sontak ormas-ormasi pro khilafah meninggalkan Prabowo karena kecewa dengan keputusan Pemimpin Gerindra yang tampak akrab dengan Jokowi sebagai kader PDIP.

Tampaknya sasaran kebencian mulai berubah. Prabowo mulai ditinggalkan dan mereka yang kalah mulai mencari alternatif tokoh. Yang paling memungkinkan saat ini adalah Anies Baswedan yang cenderung berseberangan dengan pemerintah dan tampaknya akrab dengan partai berbasis agama. Netizen pembela 02 pun saat ini lagi tiarab sebab mereka menunggu perkembangan apakah mendukung Prabowo atau malah menghujat apa yang dilakukan Prabowo.

Yang Menjadi Musuh Menjadi Kawan dan Yang Berkawan menjadi Musuh

Memang unik yang namanya politik. Sudah memakan energi banyak untuk memproduksi ujaran kebencian, memainkan isu- isu rasialis, mengacak- acak agama dan membuat polarisasi dalam masyarakat, belum selesai melepaskan ingatan betapa ramainya media sosial berseliweran kata- kata penuh kebencian sekarang terjadi perubahan dalam hal dukung- mendukung. Jokowi sudah pasti sudah menang dan sedang menggodok siapa mentri yang akan membantunya menggerakkan roda pemerintahan 2019 -- 2024. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline