Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Kebudayaan Merangkul Manusia Menjadi Lebih Beradab dalam Beragama

Diperbarui: 4 Desember 2018   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi memberikan sentuhan kelembutan pemeluk agama (www.hipwee.com)

Sejak kecil sebagai penganut agama minoritas (Katolik) saya bergaul dan berteman dengan teman-teman Muslim tidak sekalipun terlibat dalam pembicaraan agama. Tidak pernah menyinggung bahwa saya keluarga kafir bahkan mereka menghormati keluarga saya karena kebetulan latar belakang keluarga bapak dan ibu saya adalah guru.

Tetangga saya mayoritas adalah petani yang hanya mengenal ladang dan sawah serta adat budaya turun temurun jawa yang masih lestari. Kehidupan harmonis dalam relasi beragama. Upacara selamatan entah saat sebelum panen atau sebelum panen, memulai tanam padi. 

Upacara dilakukan dengan membacakan doa menurut Islam dengan percampuran budaya Jawa yang kental. Agama adalah perekat persatuan, saling beriring msekipun berbeda kepercayaan. 

Islam menampakkan wajah damai karena kami yang minoritas tetap bisa melaksanakan ibadah tanpa merasa takut. Bahkan sewaktu ecil saya malah lebih sering duduk, tidur di mushola. 

Sementara teman sedang berdoa saya tidur-tiduran di serambinya. Masjid adalah tempat di mana kami bercengkrama sebagaimana anak kecil yang masih sering suka bermain. Berdoa tetap rajin Sholat lima waktu dan bermain hampir sama possinya dengan belajar.

Tradisi Menampakkan Wajah Teduh

Rupanya agama yang menampakkan wajah teduh memberi harmoni bagi relasi kehidupan penduduknya. Kehidupan masa kecil kami indah karena hampir jarang ditemui demo-demo yang menggerakkan orang untuk membenci dan mencaci karena agama.

Doa meneduhkan dan melembutkan (dream.co.id)

Para santri, tokoh-tokoh agama adalah orang yang tergembleng bathin dan jiwanya sehingga pendalaman agama bukan karena hapalan, melainkan tindakan. Praktek mencintai atau mengasihi serta menyatu dalam alam budaya setempat membuat agama seirama dengan senada dengan kebudayaan.

Hal itu saya yakini masih ada di pelosok- pelosok desa, karena nilai- nilai lokal itulah yang memberi kekayaan bathin. 

Benar asal agama wahyu semua dari Timur Tengah atau dunia barat, tetapi Indonesia tidak mengusung arus budaya asli untuk diusung seluruhnya dan mengubah wajah asli kebudayaan. Nusantara ini terlalu kaya dan terlalu sayang jika didorong untuk berubah dan menyesuaikan dengan kiblat agama.

Memang intrik, peperangan , perbedaan pendapat, pemberontakan akan selalu ada dalam setiap generasi. Tetapi jika akhirnya hampir semua pemeluk agama harus berpaling ke asal muasal agama bagaimana dengan keragaman budaya yang menjadi hal paling menarik bagi negara lain memandang Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline