Lihat ke Halaman Asli

Dwi AM

Bahwa yang tetap menyala dalam gulitaku adalah doamu, mak

"Surat Terakhir sebelum Pertemuan Sunyi." Pertunjukan Komunitas Ranggon Sastra

Diperbarui: 10 November 2019   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pamflet acara: Surat Terakhir sebelum Pertemuan Sunyi

Komunitas Ranggon Sastra,  kembali mementaskan pertunjukan dalam acara tahunan (PANORAMA) Parade nonton ranggon bersama untuk kelima kalinya, pada hari sabtu 16 November 2019.

Pertunjukan yang akan dibuka dengan monolog Surat Terakhir, karya Luthfi Setyo Whidi, oleh Sohibul anwar (oo tonggos) itu, mengantar pikiran saya untuk memikirkan pertunjukan selanjutnya yaitu, Pertemuan Sunyi.

Saya dibuat bertanya-tanya oleh kedua judul tersebut.
Apa hubungan dari kedua pertunjukan tersebut, pesan apa yang dapat diambil dari kedua pertunjukan tersebut, Atau mengisahkan tentang apa kedua pertunjukan tersebut?
Apa hubungan, Surat terakhir dengan Pertemuan sunyi?

Pertunjukan berjudul Pertemuan Sunyi ini mengangkat beberapa puisi milik beberapa anggota komunitas ranggon sastra, yang dirajut oleh sutradara, Shanum Basagita Purnama (bung Yogi), menjadi sebuah naskah yang tentunya menarik untuk saya dan kalian tunggu. 


Naskah dengan cerita yang mungkin akan menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menggangu pikiran saya sebagai calon penonton.

Bagaimana kedua pertunjukan tersebut berlangsung?
Apa sebenarnya isi dari surat terakhir itu? Dan kenapa ada pertemuan sunyi setelahnya?

Untuk lebih jelasnya, mari kita bertemu untuk membaca Surat Terakhir itu bersama-sama, meskipun dalam Pertemuan yang sunyi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline