Lihat ke Halaman Asli

Kolonialisme Jaman "Now"

Diperbarui: 7 Februari 2019   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.code-brew.com/wp-content/uploads/2017/04/online-marketplace.jpgsumber gambar : https://www.code-brew.com/wp-content/uploads/2017/04/online-marketplace.jpg

Jaman sekarang, Kecanggihan teknologi dan informasi semakin memudahkan setiap orang dalam memenuhi kebutuhannya. Seolah-olah istilah dunia di dalam genggaman tangan ini tidak lagi menjadi mimpi belaka melainkan menjadi kenyataan di masyarakat luas. 

Kehadiran smartphone sebagai pengendali teknologi jaman 'Now' telah membuka mata kita lebar-lebar untuk terus mengikuti arus kemajuan teknologi dunia. 

Kemudahan teknologi ini mendorong gaya hidup masyarakat menjadi addict terhadap aktivitas yang dilakukan secara online. Masyarakat kini lebih menyukai berbelanja, transportasi, delivery food bahkan traveling menggunakan aplikasi dengan sistem online. 

Dunia bisnis tengah mengganti haluan usaha dan berlomba-lomba mengubah sistem bisnisnya berbasiskan online. Kini, perusahaan start up yang mengusung sistem online berhasil menyaingi perusahaan-perusahaan yang telah bertahun-tahun berdiri. Perusahaan start up tidak hanya mampu bersaing melainkan menjadi gulali manis bagi para investor asing.

https://cdn.beritacenter.com/uploads/content/thumb/new/umum/large-startup.jpgSumber gambar: https://cdn.beritacenter.com/uploads/content/thumb/new/umum/large-startup.jpg

Perusahaan start up Gojek, salah satunya yang diusung Nadim Makarim. Makarim, CEO Gojek ini mampu menuangkan ide briliannya dan merealisasikan transportasi online pertama di Indonesia. 

Tidak hanya di bidang transportasi, marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Traveloka berhasil menarik perhatian para investor asing yang menanamkan modalnya di perusahaan-perusahaan hasil cipta anak bangsa.  Tak heran perusahaan-perusahaan start up ini kemudian menjelma menjadi raksasa bisnis baru yang mendorong pertumbuhan investasi asing. 

Valuasi perusahaan-perusahaan ini pun tidak main-main, Gojek diperkirakan memiliki valuasi  mencapai US$ 10 miliar atau setara 145 triliun rupiah menyaingi Garuda Indonesia. 

Perusahaan-perusahaan yang memiliki valuasi diatas US$ 1 miliar disebut sebagai "unicorn" para investor asing. Investor asing sebagai penyuntik dana ini diuntungkan karena perusahaan-perusahaan berbasis online memiliki keuanggulan dalam mengumpulkan data. Model bisnis mengumpulkan Big Data membuat Gojek disuntik oleh berbagai perusahaan besar. 

Perusahaan besar tersebut yaitu Google, Tencent, Rakuten, DST, dan sebagainya. Big data yang dimiliki para perusahaan online ini membuat diperolehnya data-data user terkait "apa yang disukai/favoritnya?", alamat user, barang yang dibeli, tujuan kepergian dan sebagainya. Data inilah yang menjadikan asset mahal yang dimiliki para perusahaan start up online.  

Meskipun Menkominfo mulai menyatakan diri untuk turut melindungi data para pengguna, namun hal ini masih sebatas Undang-undang perlindungan konsumen. 

Hal ini yang perlu menjadi perhatian, apakah ini merupakan model kolonialisasi jaman now??? Dalam menerima kemajuan teknologi ini, Pemerintah perlu mempersiapkan kebijakan serta kesiapan masyarakat agar tidak hanyut terbawa arus.  Jangan sampai kita terlalu membuka lebar para investasi asing tanpa mengembangkan investasi dalam negri demi kesejahteraan bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline