Lihat ke Halaman Asli

Marendra Agung J.W

TERVERIFIKASI

Urban Educator

Ketika Kelas Virtual Menjamur di Era Industri 4.0, Akankah Sekolah Punah?

Diperbarui: 22 Januari 2019   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar; tradeindia.com

_Memasuki pilpres 2019, banyak kalangan elit poltik nampak sibuk mengagendakan kemenangan. Euforia ini menjalar dari media masa menuju kantor-kantor, warung kopi, hingga ke dalam grup-grup WhatsApp. Masyarakat begitu menyala, riuh memperbincangkan masalah jagoan mereka masing-masing.

Sementara itu, konsep Revolusi Industri 4.0 yang digulirkan ekonom Jerman (Klaus Schwab, tahun 2016 ) lewat buku The fourth Industrial Revolution yang akan membumi di segala lini hidup masyarakat Indonesia ini, nampak tak menggiurkan bagi masyrakat umum untuk diperbincangkan. Padahal, pelan-pelan pemerintah tengah mengantisipasi kehadirannya.

Revolusi industri keempat yang diperkirakan akan mencuat di Indonesia pada tahun 2020 itu, direspon oleh pemerintah dengan wacana Making Indonesia 4.0, yang belakangan `sedang digalakkan. Genarasi milenial pun digadang-gadang sebagai pemegang kunci zaman, dimana evolusi teknologi akan semakin mengaburkan batas-batas physical, digital, dan biological.

Tentu kepala kita bisa pecah, bila memikirkan bagaimana mungkin revolusi industri yang bergema nan jauh di eropa sana mampu membuat gejolak masyarakat Indonesia terpengaruh. Dari era mesin uap, listrik, iptek, hingga jaringan internet, kita seolah-olah tak bisa lepas dari itu semua.

Pendidikan dan Teknologi 

Sebagai seorang pengajar, fenomena ini begitu menarik perhatian saya. Sebab, pengaruh proses revolusi teknologi ini, belakangan mulai menyusup hingga ke sekolahan dan pendidikan tinggi. Hadirnya e-learning, mobile-learning, virtual class, distance learning ( pembelajaran online), seakan dianggap sebagai antisipasi yang relevan bagi dunia pendidikan untuk menyongsong indsutri 4.0.

Banyak pakar memahami, bahwa abad 21 dan revolusi Industri 4.0 sangat terkait hubungannya dengan infrastruktur digital. Kecakapan -kecakapan ( skill ) digital pun sudah otomatis akan dibutuhkan di segala lini kehidupan. Alih-alih tak kebagian lahan kerja untuk generasi penerus, pemerintah Indonesia pun telah mengantisipasi hal tersebut dengan pendidikan vokasi, penguatan sekolah kejuruan, balai latihan kerja, pembelajaran berbasis TIK, link and match, pengembangan kurikulum, dan lain sebagainya.

Di lain sisi, kecakapan digital pun semakin mudah didapat oleh anak-anak (terlebih mereka yang digital native) melalui banyak tempat non-formal. Lalu, apakah peran sekolah masih dibutuhkan nantinya?

Keterampilan Abad 21: Manusia Berdaya Pikir & Terampil Komunikasi

Berdasarkan Conference Board of Canada, 2014, Tony Bates, direktur Distance Education & Tecnology,UBC, Kanada, memaparkan beberapa keterampilan yang perlu diperhatikan di abad 21.

Selain skill digital, keterampilan berpikir ( kognitif) dan keterampilan komunikasi rupanya juga perlu dikuatkan. Kemampuan berpikir yang dimaksudkan ialah kritis, pememecahan masalah, kreatif, orisinalitas, dan menyusun strategi. Selain itu, keterampilan komunikasi yang dimaksud ialah sebagaimana membaca, berbicara, dan menulis. Bates juga menambahkan keterampilan komunikasi media sosial perlu diperhatikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline