Lihat ke Halaman Asli

Menolong Orang yang Ditinggalkan karena Bunuh Diri

Diperbarui: 1 Mei 2024   01:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menolong Orang Korban Bunuh Diri (sumber: Freepik.com)

 "Orang yang kehilangan akibat bunuh diri kerap berhadapan dengan stigma masyarakat. Layaknya orang berpenyakit kusta, stigma itu kadang memposisikan mereka pada pengalaman tidak diterima secara sosial."

Kasus bunuh diri terus bertambah, menurut data sejak awal tahun 2024. Antara bulan Januari hingga Maret 2024 misalnya, terdata 287 kasus bunuh diri (Katadata.co.id, 15/03/2024).

Jumlah tersebut tentu terus bertambah sampai akhir bulan April 2024. Terakhir terjadi kasus bunuh diri Brigadir Ridhal dengan cara menembak kepalanya sendiri di dalam mobil Toyota Alphard B 1544 QH pada Kamis (25/04/2024) sore.

Data kasus tersebut selain menarik perhatian sekaligus menjadi sebuah keprihatinan, dan tentu akan semakin memprihatinkan jika tanpa upaya serius bersama untuk mengupayakan solusi meredam laju peningkatan kasusnya.

Penanganan masalah bunuh diri lazim dititik beratkan pada penanganan orang dengan keinginan atau motif bunuh diri, baik melalui edukasi berbagai pihak: para medis, pelaku hukum, rohaniawan, maupun para psikolog melalui psikoterapinya.

Salah satu sisi penanganan kasus bunuh diri yang sering minim perhatian, terkesan diabaikan adalah penanganan terhadap orang atau keluarga yang ditinggalkan oleh mereka yang bunuh diri, yang harusnya secara prinsip perlu mendapat perhatian serius.

Mengapa serius? Karena dari banyak kasus yang terjadi, orang atau keluarga yang ditinggalkan mengemukakan bahwa bunuh diri telah mendatangkan sakit hati dengan rasa sakit yang nampak tak akan berakhir (Karen Mason, "Mecegah Bunuh Diri", 2018)

Bahkan dampak peristiwa bunuh diri bagi mereka yang ditinggalkan dapat menyebabkan dimilikinya pikiran yang sama untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.

Seorang ibu bernama Suzanne Foster yang putrinya meninggal dunia karena bunuh diri menyatakan: "Kadang-kadang begitu kuat (rasa sakit) sampai-sampai Anda mempertimbangkan untuk bergabung dengan orang yang Anda kasihi itu." (D. B. Biebel dan S. L. Foster, "Finding Your Way After the Suicide of Someone You Love", 2005)

Kemungkinan dampak buruk yang terjadi sebelumnya semakin bertambah berat bila melihat apa yang secara umum terjadi atau dialami oleh orang atau keluarga yang ditinggalkan.

Dampak semacam syok, takut terjadi kejadian bunuh diri berikutnya, rasa bersalah orang yang ditinggalkan, stigma negatif dari masyarakat, dan emosi yang bertentangan seperti kesedihan dan kemarahan yang umum terjadi. Cukup menambah kesan serius pertolongan bagi mereka yang terdampak kehilangan orang yang melakukan bunuh diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline