Lihat ke Halaman Asli

Cahaya

Ibu rumah tangga

Memory Persami yang Berujung Tragedi

Diperbarui: 11 Januari 2021   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri teman sekolah, dari grup wa

Pramuka

Ketika aku sedang melakukan pekerjaan yang membuat hati geram, karena Ibu begitu lama belanja untuk keperluan dapur.

Aku tersadar ada sesosok netra sedang mengarah kepadaku. Seseorang yang sedang melatih pramuka anak Madrasah Ibtidaiyah/SD.

Andai Si Pembina Pramuka itu bisa kutemui setiap hari, mungkin menunggu berubah menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan.

Tatapan matanya telah memesona hati ini, aku ikut memperhatikan dia yang sedang melatih anak-anak dengan bendera di tangannya. Dia memperlihatkan sedikit gigi putihnya ketika mengetahui netraku pun mengarah padanya.

"Sudah Mah? Ada yang kelupaan tidak?" Ucapku kepada Ibu yang sudah selesai berbelanja.

"Tumben, biasanya langsung marah-marah kalau kelamaan," jawab Ibu.

Aku hanya tersenyum, berat hati meninggalkan pria yang telah meninggalkan sedikit rasa di hati ini.

Tidak setiap hari aku mengantar Ibu berbelanja, kadang Ibu kesal, karena aku selalu marah-marah, kalau kelamaan menunggu.

Aku menandai setiap hari Rabu adalah jadwal pramuka di sekolah tersebut. Biasanya aku yang enggan menemani Ibu ke pasar dan telepon genggam selalu tertinggal, kini berubah sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline