Lihat ke Halaman Asli

Kita

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk seseorang,

Inilah Cinta:

Pada akhirnya memang harus kuakui bahwa aku tidak pernah tumbuh. Tidak, aku kembali ke masa mudaku. Cinta memabukkan. Orang mencari pencerahan, kekuatan, atau keabadian. Tapi aku tidak. Lihat, cintaku adalah sumber hidupku!

Aku lupa akan masa laluku. Aku lupa semuanya dan bahkan tidak terasa lagi. Rasa pahit terasa manis. Aku lahir kembali dan yah, aku kembali kecil. Merengek-rengek, menangis dan berteriak kesal mencari perhatian. Tidak berdaya tanpa cinta, dan semakin tidak berdaya tanpa cinta.

Bagai bayi yang tidak tahu kata 'cukup' aku terus meminta dan haus. Haus, ya! Kata yang tepat! Dan sungguh nyata bahwa cinta itu air mata kehidupan.
Sungguh cinta itu bagai anggur yang memabukkan.
Bagai madu yang begitu manis.
Bagai mawar yang indah karena durinya, bukan mahkotanya saja.
Bagai cairan empedu yang pahitnya adalah candu.
Bagai harta karun yang tidak bisa dibeli.
Bagai racun yang rela kuminum tanpa henti.

Di masa mudaku aku berpapasan dengan cinta. Janji bisa ingkar, tapi tegarnya tekad siapa yang tahu? Tidak akan selangkahpun kujauhi cinta. Tidak akan sudi kutukar dengan harta lain. Tidak!
Syukurku sampai di ujung surga. Hitam dan putih dibalut kasih, tidak ada kata yang mampu mengukir semuanya.

Kalau mau tahu tentang cinta, cari, kenali dan jagalah cinta.
Rindu jangan dipendam. Cinta jangan ditahan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline