Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Museum Merawat Kebinekaan Bangsa, "Nyok Kite ke Museum"

Diperbarui: 2 Oktober 2019   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Hari Museum Indonesia 2019 (Dok. Direktorat PCBM)

Rangkaian Hari Museum Indonesia (HMI) sudah digelar di berbagai museum sejak September lalu.  HMI dirayakan setiap 12 Oktober sejak deklarasi di Malang pada 2015. Puncak peringatan HMI 2019 diselenggarakan di Taman Fatahillah, Kotatua Jakarta, pada 7-13 Oktober 2019.

Kali ini puncak peringatan HMI merupakan hasil kerja sama Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemdikbud dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Peringatan HMI 2019 mengambil tema "Museum Menyatukan Keberagaman" dengan tagline "Nyok Kite ke Museum". 

Tema itu diambil karena Indonesia adalah negeri dengan masyarakat majemuk, yang dibentuk oleh perjalanan sejarah panjang. Keragaman adalah kenyataan bagi masyarakat yang hidup di belasan ribu pulau, terdiri atas lebih dari seribu kelompok etnik, yang berbicara dalam ratusan bahasa. Semua  bukti itu bisa kita temukan di museum, sehingga diharapkan museum bisa sebagai pilar atau ujung tombak dalam merawat kebinekaan di bangsa kita ini.

Daftar acara Hari Museum Indonesia (Dok. Direktorat PCBM)

Pelestarian dan pemajuan kebudayaan

Saat ini di Indonesia terdapat 439 museum. Tentu bertambah satu karena mulai 2 Oktober 2019, Museum Batik di TMII mulai membuka diri. Tepat hari ini kita merayakan Hari Batik Nasional ke-10. Kemarin, 1 Oktober 2019, Museum Penerangan di TMII juga diresmikan dengan tampilan baru. Beda generasi, beda komunikasi, begitulah slogan museum itu.

Bagi bangsa Indonesia kehadiran museum tentu sangat penting, terutama dalam upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Terlebih dengan lahirnya Undang-undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. "Museum tidak saja sebagai ruang tempat melestarikan kebudayaan dan edukasi tetapi sekaligus juga sebagai ruang rekreasi yang menyenangkan (edutaimen). 

Disamping itu museum juga merupakan ruang publik dalam pemajuan kebudayaan, tempat bertemunya masyarakat dari berbagai latar belakang," demikian kata Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Pak Fitra Arda.

Di Jakarta sendiri terdapat lebih dari 60 museum. Khusus yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta adalah Museum Tekstil, Museum Sejarah Nasional, Museum Sejarah Jakarta, Museum M.H. Thamrin, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, serta Museum Bahari. Ada juga Museum Taman Onrust dan Rumah Si Pitung.

Puncak HMI dimeriahkan dengan beberapa acara, yakni pameran, dialog kuratorial, seminar, workshop, grebek museum, mural 3D, 1000 kriya gerabah, olah raga tradisional, lomba, permainan rakyat, penampilan band, dan lainnya.  Selain museum dari DKI Jakarta dan luar Jakarta, Festival HMI juga diikuti sejumlah komunitas budaya yang ada di Jakarta.

Pengunjung sedang berswafoto (Dok. Komunitas KPBMI)

Generasi muda

Nama museum memang belum populer dibandingkan mal. Museum masih dipandang menyeramkan dan hanya sebagai gudang barang kuno. Namun museum mulai berbenah, apalagi dengan kehadiran media sosial. Kini sasaran pengunjung tentu generasi muda. Karena itu beberapa bagian museum sudah disulap menjadi "Instagramable", tempat pengunjung bisa berswafoto.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline