Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Melihat Kondisi Awal Candi Borobudur Lewat Arsip

Diperbarui: 10 Oktober 2017   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pameran arsip Candi Borobudur (Dokpri)

Museum Nasional kembali menyelenggarakan pameran temporer. Kali ini tentang Memory of the World (Ingatan Dunia) dengan tema "Menemukan Karakter dan Jati Diri Bangsa dalam Arsip Borobudur". Pameran tersebut diselenggarakan dalam rangka nominasi dokumen sejarah Borobudur sebagai Memory of the World, berlangsung pada 10-15 Oktober 2017.

Pameran menampilkan arsip-arsip lama Candi Borobudur, khususnya arsip penanganan pemugaran tahun 1973-1983. "Perlu kita ketahui bersama, bahwa arsip pemugaran Candi Borobudur tahun 1973-1983 dalam bentuk foto, film negatif, film positif, film dokumenter, gambar, dan peta sudah terdaftar sebagai tentative list Memory of the World UNESCO Februari 2017, bersamaan dengan nominator lain yang diusulkan, yaitu Arsip Gerakan Non Blok 1961-1992 dan Cerita Panji," demikian Kepala Balai Konservasi Borobudur, Marsis Sutopo, dalam sambutan pembukaan.

Kita harapkan usulan itu diakui UNESCO dalam waktu dekat. Dengan demikian ada dua kebanggaan tentang Candi Borobudur, yakni bangunan candinya sebagai Warisan Dunia dan arsip penanganan restorasinya sebagai Ingatan Dunia. Arsip-arsip tentang Candi Borobudur ini masih tersimpan di Balai Konservasi Borobudur.

Naskah La Galigo yang sudah mendapat sertifikat UNESCO (Dokpri)

Banyak foto dan arsip lama memenuhi ruang pameran. Dalam pameran itu, kita bisa melihat kaki tangga yang ditemukan tertimbun tanah dan terkubur hampir 800 tahun. Pada foto lain terlihat stupa induk yang rusak ketika Candi Borobudur ditemukan.

Buat yang belum mengenal Theodore van Erp, dalam pameran terpampang foto yang bersangkutan. Van Erp adalah pemugar pertama Candi Borobudur pada 1907-1911. Ada lagi Candi Borobudur dalam kondisi awal masa Gubernur Jenderal Inggris, Raffles (1811-1816). Bayangkan, tertutup semak, rusak, dan batu-batunya bertebaran.

Dipamerkan juga beberapa koleksi yang sudah menjadi Ingatan Dunia, yakni Babad Diponegoro, Naskah La Galigo, dan Naskah Nagarakretagama.

"Talkshow"

Sebelum undangan melihat pameran, terlebih dulu dilakukan talkshow yang menghadirkan perwakilan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Arsip Nasional (ANRI), Museum Nasional, dan UNESCO.

Menurut Direktur Preservasi ANRI, Kandar, sebagian besar arsip pemugaran Candi Borobudur yang ada di instansinya sudah alih digital. Ia menyarankan agar Balai Konservasi Borobudur menjadi anggota simpul jaringan sistem kearsipan dunia. Jadi informasi tentang Candi Borobudur bisa diakses oleh dunia. "Sekarang ini kalau kita mencari arsip tentang dunia sudah bisa. Cukup mudah," katanya.

Talkshow tentang Candi Borobudur (Dokpri)

Plt. Kepala LIPI Bambang Subiyanto juga menganggap penting proses digitalisasi arsip. Ini untuk jaga-jaga dari kemungkinan terburuk, seperti perang, sentimen, dan kebakaran.

Bambang mencontohkan pengalaman di Jepang. Tadinya masyarakat Jepang tidak menyukai bangunan-bangunan kuno. Setelah dibuat laman dan animasi, mereka mulai tertarik. Apalagi penjelasannya sarat informasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline