Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Radio Suara Jerman "Deutsche Welle" pada 1970-an Sering Bagi Buku Gratis

Diperbarui: 1 Juni 2017   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Pelajaran Bahasa Jerman Gratis dari Deutsche Welle (Dokpri)

Saya mulai mendengarkan radio gelombang pendek siaran Bahasa Indonesia mulai 1970-an. Ketika itu saya ikut nguping kakek. Lambat-laun saya mulai menyetel sendiri. Seingat saya, yang sering dipilih kakek adalah siaran berita dari ABC (Radio Australia) dan BBC (Radio Inggris).

Sehabis mendengarkan kedua stasiun, biasanya saya cari-cari gelombang lain. Suatu ketika saya menemukan siaran lain dalam Bahasa Indonesia. Ternyata Radio Suara Jerman Deutsche Welle (DW) yang dipancarkan dari Bonn. Seperti halnya ABC dan BBC, suara DW juga turun naik. Kadang terdengar jelas, kadang samar. Maklum letak pemancar jauh dari Indonesia.

Pelajaran bahasa

Sejak menemukan gelombang baru DW, setiap malam saya mulai mendengarkan siaran berita dan beberapa acara lain, seperti pelajaran Bahasa Jerman, serba-serbi Jerman, tanya jawab, kuis, dan pilihan pendengar. Dari sekian banyak mata acara, saya paling senang pelajaran Bahasa Jerman dan kuis. Apalagi ketika di SMA, meskipun Jurusan IPA, saya memperoleh pelajaran Bahasa Jerman.

Yang menggembirakan, buku-buku pelajaran tersebut bisa diperoleh secara gratis. Segera saya berkirim surat ke alamat perwakilan DW di Jakarta. Sekitar satu bulan kemudian buku-buku tersebut saya terima. Bahkan dilengkapi kaset. Sayang sekarang kasetnya entah ke mana. Berkat buku-buku tersebut nilai Bahasa Jerman saya cukup tinggi, yakni sembilan.

Buku-buku gratis ini saya peroleh pada 1970-an (Dokpri)

Meskipun sudah lulus SMA, saya tetap mendengarkan siaran gelombang pendek. Begitu juga ketika sudah berkeluarga dan memiliki anak. Setiap pagi dan sore hingga malam, saya selalu berteman dengan dengan sejumlah siaran gelombang pendek. Keberuntungan lain, pada 1990-an saya pernah menang kuis DW berupa pisau lipat. Benda ini sampai sekarang masih saya simpan buat kenang-kenangan.

Lebih dari 50 tahun

Kalau dihitung sejak pendiriannya, siaran Bahasa Indonesia DW sudah mengudara lebih dari 50 tahun. Siaran Bahasa Indonesia DW berdiri pada 30 September 1963. Ketika itu Indonesia sedang dalam konfrontasi dengan Malaysia. Di Jerman sendiri pada tahun yang sama Presiden AS John Kennedy berkunjung ke Tembok Berlin.

Saya lihat sampai kini Radio Suara Jerman DW masih mengudara. Bahkan bekerja sama dengan radio-radio lokal di sejumlah daerah melalui gelombang FM. Dengan demikian penangkapan suara menjadi lebih bagus.

Pisau lipat hadiah kuis (Dokpri)

DW juga mempunyai laman di internet. Pada zaman serba canggih ini, siaran DW bisa didengar melalui internet pula. Kemungkinan besar, masyarakat yang memiliki akses internet cepat, sudah jarang mendengarkan siaran DW. Hanya masyarakat di pelosok yang masih setia mendengarkan siaran DW melalui radio dari berbagai merk dan ukuran. Kita harapkan DW masih setia dengan program-program informatif, edukatif, dan rekreatif, sekaligus memperkenalkan Indonesia ke berbagai penjuru dunia.***



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline