Lihat ke Halaman Asli

djeng sri

penuliscerita dan freelancer menulis

Cerpen | Salam Wahai Burung-burung Hitam

Diperbarui: 12 April 2016   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="copyright by bowobagus'p"][/caption]Judul: Cerpen | Salam wahai burung burung-burung hitam

Kolaborasi prosa dan puisi: Djeng sri & Anita Albie.

.

"Kamu! Kamu! Kamu! Dasar!" Tunjuknya pada keningku dengan sangat keras. Rasa sakit di keningnya tak terlalu terasa, namun jauh beda dengan yang di dalam hati, sungguh sangat mendera. Tak ada bandingnya bila hanya dengan sayatan sebuah pisau, apalagi bila mengingat siapakah diri ini.

Waktu itu pukul sebelas lebih sembilan belas menit, makian dan kata-kata buruknya masih saja meraja, bak tumpahan ember besar berisi air penuh hingga ke bibirnya. Jemari kakiku tertekuk, lengan mengapit buku lusuh, dan mata tak kuasa menahan pedih dari lubuk hati, hingga tumpahlah butir-butir air mata yang langsung bersambut dengan...

"Nah, kalo sudah gitu pasti nangis, nangis, nangis! Huh! Kamu memang tak bisa apa-apa, beda sama kakakmu yang sudah pinter nyari duit! Bisanya cuma nulis, nulis, gak mutu! Gak jadi duit! Dasar bocah edan!"

"Bu.."

"Diam!"

Oh tidak, tidak, dia beranjak kemari, jangan, jangan, Tuhan tolong... teriakku dalam hati. Rasanya makin kecut saja lihat langkah-langkah kaki tuanya yang diseret-seret. Suara "srek-srek" nya bagaikan ayunan pisau beradu dengan pengasah, semakin lama makin buat gelisah.

"Sini bukumu itu! Kemari kan!"

"Jangan bu, jangan.. tolong, ini hanya coretan saja!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline