Lihat ke Halaman Asli

Dizzman

TERVERIFIKASI

Public Policy and Infrastructure Analyst

Menikmati Bensin Murah di Brunei

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1423029621564580061

[caption id="attachment_394866" align="aligncenter" width="448" caption="Selamat Datang di Brunei (Kolpri)"][/caption]

Setelah menyelesaikan touring di Labuan, perjalanan dilanjutkan menuju negeri Brunei Darussalam. Untung sudah pesen tiket pagi, soale pas saya kembali ke terminal ferry, antrian sudah sangat panjang hingga keluar pintu konter pembelian tiket. Lama perjalanan sekitar satu jam saja dan kapal tampak tak terlalu penuh penumpang. Tiba di Brunei langsung mengecap paspor dan tanpa banyak pertanyaan langsung keluar menuju pintu gerbang karena sudah ditunggu paman yang sudah lebih dari 20 tahun tak jumpa. Semoga masih inget tampangnya dan dia inget wajah saya.

[caption id="attachment_394867" align="aligncenter" width="448" caption="Kampung Air (Kolpri)"]

1423029677761821474

[/caption]

Singkat cerita, kami bertemu dan perjalanan lanjut ke Bandar Seri Begawan yang menjadi ibu kota Kerajaan Brunei Darussalam. Sepanjang perjalanan selama 40 menit, suasana jalanan tampak lengang namun cuaca sangat panas. Sejenak mobil berhenti isi minyak, dan alangkah kagetnya karena harga per liter bensin beroktan 92 cuma 53 sen Dollar Brunei (1 BND = 9400 IDR) atau sekitar 5000 Rupiah saja. Sementara oktan 97 dijual 56 sen dan Solar hanya 31 sen doank. Memang sih Brunei merupakan salah satu negara penghasil minyak mentah utama dunia, jadi wajarlah kalau harga minyak di sini murah sekali. Apalagi negaranya kecil dan stok melimpah, sehingga angkot kurang laku di sini.

[caption id="attachment_394869" align="aligncenter" width="448" caption="Parkiran Mobil Milik Warga Kampung Air (Kolpri)"]

14230298741217895290

[/caption]

Menurut cerita paman, harga mobil bekas saja cuma sekitar 2000-3000 BND untuk tahun 2010-an sekelas sedan. Jadi boleh dikatakan hampir tiap penduduk Brunei punya mobil sendiri. Di sini sekolah dan berobat gratis karena semua sudah dianggarkan oleh Sultan, demikian pula para manula atau janda mendapat tunjangan sekitar 250 BND per bulan. Tapi bila sebuah negeri kaya kadang-kadang membuat rakyatnya cenderung malas bekerja. Selain itu juga membuat warga negeri tetangga ngiler untuk bekerja di sana. Akhirnya timbul persoalan sosial walaupun tidak sampai meletup ke permukaan. Bahkan ketika saya dan paman sedang makan siang, tiba-tiba seorang pengemis menghampiri dan meminta sedekah, padahal menurut paman saya dia itu warga lokal dan kondisinya masih sehat.

[caption id="attachment_394871" align="aligncenter" width="314" caption="Mal Yayasan Sultan Bolkiah (Kolpri)"]

142302999399955158

[/caption]

Setelah makan siang di sebuah mal bernama Yayasan Sultan Bolkiah, kami melanjutkan foto-foto di depan masjid Omar Ali Syaifuddin yang merupakan ayahanda dari Sultan sekarang. Masjidnya cukup megah, cuma kalah dari Istiqlal saja ukurannya, dan terdapat danau di halaman belakangnya. Selesai berfoto, perjalanan menikmati bensin murah diteruskan menuju masjid baru yang didirikan oleh Sultan Hassanah Bolkiah untuk istri tercintanya yang berjarak sekitar 5 Km dari pusat kota. Ukuran masjid ini tidak sebesar masjid pertama, namun tetap teduh begitu masuk ke dalamnya. Kami sholat sejenak lalu lanjut berkeliling dalam masjid dan berfoto-foto di luar, karena tidak boleh mengambil foto di dalam masjid.

[caption id="attachment_394872" align="aligncenter" width="448" caption="Masjid Sultan Omar Ali Syarifuddin"]

1423030043863526727

[/caption]

Usai sholat, perjalanan lanjut menuju Pantai Jerudong yang merupakan salah satu obyek wisata di Brunei. Ternyata keramaian jalanan baru terasa di sini. Mobil berlalu lalang dan kondisi sedikit macet namun tetap tertib, tidak ada saling serobot malah yang ada saling memberi jalan sehingga lalu lintas teratur lancar. Di sini berlaku ketentuan tidak tertulis bahwa kendaraan dari arah sebelah kanan harus didahulukan, bahkan ada mobil yang sabar menunggu hingga kendaraan lewat semua. Segalanya berlangsung tertib tanpa ada suara klakson atau lampu dim bertebaran seperti di Jakarta. Setelah melalui bundaran perempatan depan masjid, kami memasuki jalan lebuhraya atau semi tol karena tidak ada gerbang tolnya.

[caption id="attachment_394873" align="aligncenter" width="448" caption="Pasar Ikan Jerudong (Kolpri)"]

14230300851940274997

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline