Lihat ke Halaman Asli

dinithea

Crafter

Kompiang, Sejarahnya Sudah Ratusan Tahun

Diperbarui: 21 Maret 2019   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Suatu hari saat melewati sebuah jalan  di Kota Malang, mata saya terpaku pada tulisan di sebuah depot. Di menu yang terlihat dari jalanan tertulis kompiang. Sebenarnya kompiang itu makanan seperti apa ya? Karena penasaran, mampirlah saya di depot Semeru yang terletak di Jalan Semeru 46. 

Setelah bertanya kepada mbak penunggu depot, diberikanlah sebuah roti bulat dengan taburan wijen di atasnya. Yang mengejutkan, roti ini keras tidak seperti roti pada umumnya.  Seperti mengerti keheranan saya, bu Agustine pemilik depot menghampiri saya dan menerangkan roti ini. 

Dokpri

Menurut penuturannya kompiang ini adalah roti yang terbuat dari tepung terigu, garam, gula dan ragi yang diuleni lalu dibentuk bulat. Setelah mengembang bagian atasnya diolesi putih telur dan ditaburi biji wijen lalu dipanggang 30 menit di oven. 

Roti ini enak disajikan dengan teh hangat ataupun kopi. Dalam sehari, bu Agustine bisa membuat sebanyak 30 buah roti kompiang. Roti ini sebenarnya tahan lama tapi demi menjaga kualitasnya, sang pemilik depot tidak akan menjual roti sisa kemarin dan akan membuat roti baru setiap hari.

Sejarah kompiang ini menarik untuk diceritakan.  Makanan ini dicetuskan oleh Qi Jiguang , seorang panglima perang di Fujian pada tahun 1562. Saat bertempur dengan perompak Jepang, pihaknya selalu dapat dideteksi keberadaaanya oleh musuh dari aroma masakan yang disediakan untuk pasukannya. 

Sedangkan pihak lawan membawa bekal nasi kepal (onigiri) sehingga bisa lebih mudah menyerang pihak Cina dan juga sulit dideteksi keberadaannya karena tidak ada aktivitas memasak. 

Akhirnya Qi Jiguang menyusun strategi dengan membuat makanan yang setipe dengan onigiri.  Tekstur makanan itu sengaja dibuat keras sehingga tidak mudah hancur dan tahan lama. Selain itu , bagian tengahnya diberi lubang untuk menyelipkan tali dan bisa dibawa dengan mudah di leher. 

Berkat ide itulah akhirnya perompak jepang bisa dikalahkan. Untuk mengenang kemenangan itu, maka makanan ini disebut sebagai Guang Bing atau Guang Biang yang akhirnya menjadi Kompiang atau Kompia di negara kita.

Awalnya Kompiang menyebar di Indonesia  dari para saudagar  Cina yang datang untuk berdagang. Karena keawetannya, makanan ini pun dikenal di berbagai kota dan daerah, seperti Semarang, surabaya, Malang, Solo, Kupang dll. Uniknya makanan ini menjadi makanan khas di Nusa Tenggara Timur. Dari beberapa artikel yang saya temui disebutkan bahwa tak lengkap rasanya kalau bertandang di NTT bila tak mencoba kompiang . 

Namun ada sedikit perbedaan cara penyajiannya. Di NTT, Kompiang digoreng setelah dipanggang, pun teksturnya dirasa lebih lembut . Namun demikian tetap awet dan tahan lama.  


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline