Lihat ke Halaman Asli

Dimas Anggoro Saputro

Engineer | Content Creator

Simalakama Rokok: Mudah Didapat, Menjadi Prioritas, Namun Tak Mudah Ditinggalkan

Diperbarui: 12 November 2019   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneka zat di dalam rokok (slide dr. Ardini)

"Cara terbaik untuk berhenti merokok adalah: Jangan pernah memulai merokok!", Dr. drg. Amaliya, Msc.-Departement Periodontologi, FKG-Universitas Padjadjaran.

Sebagai seorang perokok, saya bersyukur dapat dipertemukan dengan dokter Amaliya dan pakar-pakar lainnya dalam forum yang diinisiasi oleh Indonesian Young Pharmacist Group (IYPG) dan Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR).

Tema yang diangkat dalam forum tersebut adalah "Pengurangan Bahaya Tembakau dan Upaya Berhenti Merokok Dalam Perspektif Farmasi dan Kesehatan Publik".

Saya pribadi sudah meniatkan untuk berhenti merokok. Seperti saran langkah-langkah berhenti merokok yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Namun, niat itu pun hingga kini tetap menjadi niat belaka. Mungkin itu juga yang terjadi pada teman-teman perokok yang lain. Ada juga teman perokok yang mengikrarkan: "Tidak akan pernah berhenti merokok!".

Dari kiri ke kanan: Aji, Arriyo, Amaliya, Ardini, Arde (dok. Vika)

***

Bicara tentang berhenti merokok di lingkungan kita, memang tidak mudah. Terlebih pembicaraan tersebut terjadi antara perokok aktif dan perokok pasif.

Perokok pasif: "Kamu gak sayang sama diri kamu? Gak sayang sama kesehatan kamu? Gak pingin berhenti merokok gitu?"

Perokok aktif: "Karena aku sayang sama diriku dan kesehatanku, makannya aku merokok."

Perokok pasif: "Kok gitu??"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline