Lihat ke Halaman Asli

Dila AyuArioksa

Motto Lucidity and Courage

Perayaan HATEDU (Hari Teater Sedunia) di Isi Padang Panjang

Diperbarui: 29 Maret 2019   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertunjukan Mata Sunyi sutradara Aen

HATEDU yang ke 58 Tahun
Perayaan hari teater sedunia (HATEDU) yang ke 58 tahun sedang berlangsung di prodi seni teater  ISI Padangpanjang. Kegiatan yang dilaksanakan dari tangal 27 s/d 28 maret 2019 di gedung teater arena Murstal Einsten ISI Padangpanjang. Kegiatan yang bertema kata-kata, mini kata, tanpa kata ini mengundang komunitas luar Padangpanjang untuk menampilkan pertunjukan teater sebagai media silaturahmi dengan komunitas teater lainnya. 

Tidak hanya pertunjukan teater,  himpunan mahasiswa teater  melaksanakan Parade Arak-arakan menggunanakan berbagai kostum teater dan dipertegas menggunakan make up panggung sekeliling kampus ISI Padangpanjang sekaligus untuk mengundang mahasiswa lain berpratisipasi untuk meramaikan kegitan perayaan HATEDU.

Pembukaan yang secara resmi oleh ketua jurusan prodi seni teater yaitu Meria Eliza, S.Sn, M. Sn. dan ketua acara Tharmezi Hamdan Febrian dilaksanakan jam  16.00 WIB,  yang melaporkan agenda kegiatan selama perayaan berlangsung. 

Setelah itu pertunjukan dari Sagarak Art  yang menarikan tari indang ditampilkan, kemudian pertunjukan juga dimeriahkan oleh Flame Percussion dari jurusan music, kemudian tapuak galembong dari Upiak-Upiak Kareh perwakilan jurusan kerawitan dan pantomime oleh HIMA Prodi teater.  

Pertunjukan dari komunitas Teater Oase

Malamnya penonton disuguhkan dengan perunjukan dari komunitas Teater   OASE dan Rumah Teduh. Komunitas Teater Oase dengan judul naskah Kota Kecil di ujung Barat karya Alek Wahyu Nurbista Lakmana dengan sutradara Fauzan sekaligus aktor pertunjukan yang memerankan tokoh suami. 

Pertunjukan yag terdiri dari sepasang suami istri yang hidup di umur senja tanpa memiliki seorang anak sedang menunggu hari kematian, istri yang sudah merasakan detik-detik kematian dan dihantui rasa takut berupaya terlihat tegar dihadapan suaminya. Untuk menenangkan pikiran mereka berdua bernostalgia dengan masa dulu dimana dia datang kerumah calon istri untuk melamar. 

Pertunjukan dengan latar setting sebuah rumah merupakan lambing bahwa kebahagiaan dan kesetiaan sehidup semati tidak bisa diukur dengan kekayaan dari seseorang tersebut. Eksposisi dari pertunjukan diawali dengan suasana pagi hari dan suara ayam berkokok di luar rumah. 

Kakek yang duduk dan diawai dengan dialog dia mencintai dan memuji isrinya yang cantik dan setia, kemudian istri yang dipuji-puji itu datang dan duduk disamping kakek dan dia tersipu malu ketika kakek memuji kecantikannya semua begitu kasmaran dipagi hari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline