Lihat ke Halaman Asli

Napak Tilas Menelusuri Jejak Prabu Siliwangi

Diperbarui: 19 Juni 2017   04:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rombongan Napak Tilas Prabu Siliwangi mulai bergerak

Jarak tempuh napak tilas dari Batutulis hingga Rancamaya sekitar 7 kilometer dengan waktu hampir dua jam

Jelang tengah hari Minggu (7/5/17) di depan gerbang perumahan Rancamaya, Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Ratusan pasang mata mengawasi dalam diam kelompok kecil yang terus berdiskusi untuk ijin masuk sebentar ke dalam lokasi perumahan. Mereka adalah panitia dan keamanan dari pihak perumahan. Tampak polisi dan tentara hadir di lokasi tersebut. 

Sekitar 200 meter dari gerbang besi perumahan elit ini, terletak situs Badigul. Situs ini diduga adalah tempat persemayaman terakhir Prabu Siliwangi, Raja Pakuan Pajajaran ke-4 yang wafat pada tahun 1521. Ini adalah  tujuan akhir dari rombongan Napak Tilas Prabu Siliwangi,setelah berjalan kaki sejauh 7 kilometer selama hampir dua jam, dari titik awal di Prasasti Batutulis.

Situs Badigul dalam komplek perumahan elit Rancamaya, terletak sekitar 200 meter dari gerbang

Diskusi berlangsung di depan pagar perumahan Rancamaya (7/5/17)

Sebagian besar berpakaian adat Sunda. Yang perempuan pakai kebaya atau kemeja hitam dan kain. Sedangkan yang laki-laki berpakaian pangsi, pakaian tradisional Sunda, lengkap dengan iket Sunda di kepala. Rombongan ini terdiri dari berbagai komunitas yang datang dari berbagai daerah di Jawa Barat seperti Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Karawang selain peserta yang datang dari Jabodetabek.

Setengah jam lebih, diskusi intensif dilakukan. Meski menurut Pak Ahmad Fahir dari Baraya Kujang Pajajaran dan ketua panitia acara ini, persiapan dan koordinasi sudah dilakukan tiga bulan sebelumnya. Namun, di saat-saat akhir, pihak pengembang perumahan tetap belum berkenan memberikan ijin. 

Belum menemukan titik temu, meski koordinasi dan komunikasi sudah dilakukan jauh hari

Saat tersebut cukup mengecewakan. Tak heran kalau sebagian besar peserta mulai berteriak-teriak.  Mereka hanya ingin sampai ke lokasi situs. Namun, para tokoh adat dan panitia segera menenangkan. Jalan tengah diambil. Ritual budaya dan doa dipanjatkan lantas dilakukan dengan duduk di area depan pagar. Menjelang jam 13.30, rombongan bubar dengan tertib, meski memendam kekecewaan, termasuk saya dan Bimo yang juga hadir hari itu.

Tak berlebihan, kalau memang kekecewaan sulit dipendam. Hampir 5 abad (496 tahun) setelah Prabu Siliwangi wafat, ini mungkin adalah acara napak tilas budaya pertama yang dilakukan, meski dengan sederhana. Kerajaan Pakuan Pajajaran adalah kerajaan yang tercatat pernah begitu berjaya sekaligus merupakan kerajaan terakhir di tanah Bogor. Jejak sejarah yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Sunda di Jawa Barat.

Saya sendiri baru "berkenalan" dengan Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pakuan Pajajaran awal 2017, setelah puluhan tahun "buta sejarah". Tulisan ini juga akan mengupas tentang Prabu Siliwangi dari berbagai literatur yang ada.

Ritual budaya dan doa akhirnya dilaksanakan di luar pagar perumahan Rancamaya, bukan di lokasi Situs Badigul

Berkenalan dengan Prabu Siliwangi

Ruang ini tentu saja tidak akan muat untuk menceritakan sejarah panjang 222 tahun Kerajaan Pakuan Pajajaran (1357 – 1579) atau tentang masa kepemimpinan Prabu Siliwangi yang hampir mencapai 4 dekade itu (1482 – 1521 atau 39 tahun). Di akhir tulisan ini disertakan beberapa referensi bagi Anda yang juga tertarik untuk menelusurinya. 

Tulisan beraksara Jawa dan berbahasa Sunda Buhun di Prasasti Batutulis

Apakah Prabu Siliwangi Benar Ada?
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline