Lihat ke Halaman Asli

Hujan

Diperbarui: 27 Maret 2017   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air turun deras dari atas, Basah semua yang di siramnya, ibu-ibu dan pembantu serta tukang cuci bergegas mengangkat jemuran. Lama di nanti oleh para petani dan ketika dia terus turun tanpa henti membuat cemas seluruh negri.

Air itu terus mendesak masuk kedalam celah-celah sempit di dalam rumah, melalui pori-pori yang rembes dari lantai, ketika ia terus turun maka yang masuk tidak lewat celah lagi tapi dari pintu depan, jendela dan selokan pembuangan. Si empunya rumah kelabakan mulai mengangkat perabotan. Hujan yang turun kelamaan menyusahkan bagi yang punya rumah kelewatan. 

Anak-anak senang bukan kepalang bermain air yang berwarna kecoklatan serta rada hitam, mereka tidak perduli akan keadaan yang penting bermain untuk kesenangan. Celana dan baju basah tak dihiraukan yang penting asyik bercipratan. Ibu si anak sibuk memisahkan barang yang kering dan terendam, lupa kalo dia punya anak.

Para petani bingung serta resah ketika air melimpah di sawah. Padi yang mereka tanam terendam sudah. Mereka pasrah ketika sawah berubah penih air bah. Habislah sudah semua harapan musnah ketika panen tak jadi karena musibah.

Iklim sudah berubah, BMKG juga bingung membuat perkiraan. Apakah ini akibat kerusakan manusia yang terlampau serakah berakibat alam menjadi marah?

Keterangan foto sebelum turun hujan  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline