Lihat ke Halaman Asli

Adrian Diarto

TERVERIFIKASI

orang kebanyakan

Puisi | Pohon-pohon Kelapa di Rembang Petang

Diperbarui: 14 Desember 2019   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pepohonan kelapa. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

"Tuhan, apakah Natal tidak jadi datang pada malam ini?" tanyaku kepada Tuhan yang sedang menuangkan warna saga di langit barat
 
Dahan-dahan nyiur pelan bergerak, membawa rembang petang semakin dekat 
Hujan telah beranjak ke timur, meninggalkan langit barat di dekat pohon-pohon kelapa 
 
Natal biasanya memang datang pada hujan yang berhenti selepas maghrib 
Lalu lonceng-lonceng gereja didentangkan sehabis isya' 
Ketika asap ratus meninggi, lagu Kemuliaan dimadahkan  
Lalu lagu Malam Kudus didendangnyanyikan 

"Adakah lagu yang lebih sederhana dari syair Malam Kudus yang dinyanyikan?" tanyamu pada sebuah waktu 

Aku masih melihat Tuhan menuangkan lebih banyak warna saga 
Sebelum sambil menatap lembut mengganti warna saga dengan warna hitam, dan rembang meninggalkan petang 

"Kita nyalakan lilin ke depan gua Natal?" tanyamu lagi pada sebuah waktu yang sama, dulu 

Sebuah tetes air hujan kedua dari lubang bekas paku di atap asbes melayang pelan, mendekati renda kecil di ujung gaunmu, tepat ketika kalimat kamu akhiri tanpa tanda titik 

Entah dari mana malam datang dan Tuhan membawa pergi warna saga 
Petang sudah tidak lagi merembang 

"Ke selatanlah sebelum tanggal 25 Desember," katamu ketika warna saga sedang memendar indah tadi 

"Sebelum tanggal 25, Natal sudah akan memasuki rumahku di selatan. Aku sudah akan bersama dengan simbokku yang mengkhawatirkan banyak hal, lalu menjejalkan banyak cinta ke saku-saku kami yang sering hanya menyisakan sedikit cinta di akhir tahun," gelakmu yang selalu indah hadir pada 12 kata terakhir

Aku hanya mengingat tentang kepul asap dari ceret kecil bermulut panjang, lalu panas dituang ke mulut-mulut cangkir berdinding rendah

"Datanglah sebelum maghrib, kalau beruntung kita akan melihat sedikit bulan setelah hujan berlalu," lanjutmu dengan mata bersinar

"Begitukah Natal hadir kembali?" tanyaku sambil menangkap segaris sinar dari matamu
Sinar yang menembus banyak malam, ketika rembang petang sudah benar-benar berlalu

"Apakah kamu akan ke selatan?" tanyamu kembali

Ah, sepertinya kita memang hanya memiliki kalimat-kalimat tanya

| Kalasan | 13 Desember 2019 | 20.13 |




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline