Lihat ke Halaman Asli

Diantika IE

Freelancer

Ayah dan Tempat Kerja Barunya

Diperbarui: 17 April 2021   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Hari ini ayah sudah tidak lagi muda. Walaupun semangatnya selalu terlihat muda. Orang lain bahkan tidak menyangka jika sebentar lagi ternyata ayah pensiun. Sebab, ayah memiliki penampilan yang tidak tampak terlalu old seperti orang-orang seusianya. Ayah masih sigap dan lincah, tawanya masih begitu lepas, alhamdulillah fisiknya pun selalu sehat.

Ketika saya pulang kampung, ayah bercerita banyak tentang pekerjaannya sebagai kepala sekolah. Pengalamannya menghadapi kondisi sekolah yang ada di tempat jauh dari tempat tinggal hingga tantangan-tantangan yang dihadapi dari masa ke masa selama ia menekuni profesi.

Sejauh ini, ayah tidak pernah "mencacati" kepercayaan saya kepadanya sebagai sosok kepala sekolah. Bukan karena saya anaknya sehingga begitu membanggakannya. Namun sejauh pengetahuan saya, ayah begitu banyak berjasa dalam mengembangkan dan memajukan sekolah-sekolah yang dipimpinnya.

Jika ada sosok panutan dalam bekerja sebagai kepala sekolah yang benar-benar menginspirasi, sampai saat sekarang saya juga diberi amanah sebagai kepala sekolah, maka itu adalah sosok ayah saya.

Saya begitu banyak belajar darinya. Dari mulai tertib administrasi sekolah, kesabaran menghadapi etos kerja bawahan, mengajar anak-anak, hingga memerhatikan detail 'tektek bengek' keadaan sekolah, pintu rusak, sampah yang berserakan, hingga tanaman perdu penghias halaman sekolah yang dinilai ketinggian dan kurang sedap dipandang, ayahku selalu peka. Bukan hanya memimpin, ayah adalah orang yang betul-betul pandai membuat dan mengolah pekerjaan sekolah. Tidak jarang ayah dijadikan tempat konsultasi sekolah lain ketika menghadapi akreditasi.

Mendengarkan kisah perjuangan ayah di dunia kerja bukanlah sekali dua kali. Setiap saya pulang kampung ayah selalu menyempatkan membagi cerita itu setiap kami dapat duduk bersama. Entah saat makan, atau ketika sekadar ngorbol di teras rumah kami yang sejuk. Dengan segelas kopi dan rokoknya yang mengepul ayah bercerita banyak hal. Saya tidak pernah melewatkan sesi itu sedikitpun untuk segera mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang ayah kisahkan.

Sampai akhirnya mudik awal Ramadan kali ini ayah membagi cerita bahwa di akhir masa baktinya ayah dipindahkan ke tempat kerja yang sangat ia harapkan. Sebuah sekolah yang juga pernah ayah pimpin di periode sekian. Sekolah yang juga menemani tumbuh kembang saya dan adik-adik. Sekolah asri yang sangat dirindukan sejauh apapun kami melangkah pergi dari kampung halaman.

Ya, sekolah itu adalah sekolah saya sendiri. Sekolah kami, SD Negeri I Indragiri Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Sekolah yang penuh kenangan ini pernah dipimpin oleh ayahku belasan tahun lalu sebelum akhirnya ayahku dipindah tugaskan ke beberapa Sekolah Dasar lain yang berada di kecamatan Panawangan.

"Mendekati masa pensiun ingin rasanya bekerja di tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah, Ayah sudah mulai lelah," ujar ayahku beberapa waktu lalu yang kini keinginannya dikabulkan Allah.

Bulan Ramadan ini ayah pindah tugas. Benar-benar Ramadan yang penuh berkah. Sumpah jabatan sudah diambil beberapa hari sebelum bulan suci tiba. Kami, anak-anaknya diajak main mengunjungi sekolah tempat kerja baru ayah.

"Kita main ke sekolah, yuk!" ajak ayah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline