Lihat ke Halaman Asli

Media Analog dan Digital, Saling Melengkapi dalam Informasi

Diperbarui: 19 Februari 2018   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Persaingan Media Digital dan Analog

Mengawali karir melalui media tradisional, beberapa media cetak malah gulung tikar, karena tidak kuat lagi menahan gempuran media digital. Mereka memilih mundur karena sudah tidak ada lagi peminat. Namun tidak semuanya mundur dan menghilang, ada sebagian yang bertransformasi menjadi media online.

Sekitar tahun 2015, ramai orang berbondong menulis tentang "Senjakala Media Cetak dan Kebangkitan Media Online". Topik tersebut menjadi hal yang mulai diperbincangkan pada sat itu. Bukan tanpa alasan, hal ini karena dalam kurun waktu satu tahun, ada lebih dari dua media cetak yang berhenti beroperasi. Satu diantaranya adalah Koran Tempo Mingguan. Tentu hal ini menjadi sebuah perbincangan yang luar biasa, tidak hanya terkait kemajuan teknologinya, tapi juga terkait kebiasaan masyarakat Indonesia yang biasanya selalu ditemani koran di setiap pagi.

Belum cukup sampai disitu. Ketika beberapa media cetak ini berhenti beroperasi dan media online mulai melakukan banyak ekspansi. Permasalahan baru kembali muncul. Masyarakat mulai menyerang media online dengan mempertanyakan kredibilitas tulisan mereka. Orang mulai curiga dengan tulisan yang ada di media online. Beberapa tulisan disinyalir tidak diverifikasi ke narasumber, sehingga menimbulkan perdebatan. Berbagai pemberitaan dan tulisan opini mulai bermunculan menyerang media online terkait etika penulisan dan pemberitaan.

Dilema lantas dirasakan oleh masyarakat. Mereka mulai bingung dengan segala pemberitaan yang ada. Di satu sisi mungkin media cetak lebih kredibel, akurat dan terpercaya. Namun, di sisi lain, media online lebih cepat dalam mengabarkan pemberitaan.

Pada dasarnya yang harus dipahami adalah, keduanya sama-sama memiliki kekurangan dan kelemahan masing-masing. Lagi pula, zaman sudah berubah. Media online juga sudah mulai berbenah. Orang kini mulai serius dalam melakukan perbaikan dalam penyelenggaraan bisnis media online. Namun, tentu media cetak juga berbenah. Mereka semakin inovastif dan tidak kaku. Semua perubahan tersebut dilakukan demi pemberitaan yang lebih baik lagi.

Tapi, memang tidak ada salahnya jika melakukan evaluasi terkait kinerja dan beberapa printilan lain terkait media analog dan media digital.

Nah, memang semua orang pada dasarnya bisa dan bebas untuk menulis. Terlebih setelah adanya internet dan media digital dengan penyedia jasa blog seperti Kompasiana atau Indonesiana, serta kolom interaktif dalam beberapa media online, pastinya orang semakin bebas untuk menulis dan mengutarakan pendapatnya. Namun, sebelum itu, perlu diketahui bahwa sebelum menulis ada beberapa hal yang memang harus diperhatikan. Beberapa peran penulis seperti yang ada dalam buku Writing for Digital Media karya Brian Carroll, disebutkan ada peran penulis, diantaranya:

Komunikator Pesan, bahwa penulis harus bisa menyampaikan pesan informasi dengan terampil dan benar. Kemudian, Penyelenggara Informasi, bahwasanya dalam menyelenggarakan sebuah informasi, penulis harus benar-benar membantu pembaca agar mendapatkan informasi yang diinginkan. Di sisi penulis harus pintar menfilter informasi dari yang penting hingga yang paling penting. Terakhir penulis sebagai Interpreter. Seorang penulis adalah interpreter dari sebuah pesan informasi sebelum pesan itu sampai di masyarakat. Jadi, sebagai inpreter, penulis harus memperhatikan medium dan khalayaknya.

Berkaitan dengan tiga hal di atas, tentu tulisan yang ada juga pasti memiliki kriteria. Salah satunya yang sempat menyerang media online, yakni Kredibilitas.

Persaingan Kredibilitas

Berbicara tentang kredibilitas, tidak ada yang meragukan kredibilitas media cetak. Informasi yang dijual diproduksi dengan sangat teliti dan jeli. Verifikasi tidak pernah ketinggalan, oleh karena itu berita yang ada di media cetak terkesan lebih lengkap dan akurat. Bahkan dalam dunia cetak, sebelum tulisan dicetak, mereka harus melewati minimal dua tahap editing, yakni editing konten dan editing tata bahasa (EYD).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline