Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

3 Cara yang Dapat Dilakukan Orangtua untuk Mencegah "Sexual Abuse" pada Anak

Diperbarui: 1 Agustus 2020   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: children abusive | sumber: pixabay.com

Pukul 06:00. Sebuah pagi indah, langit terlihat cerah, mentari pun tersenyum sumringah, seolah mengiring kaki seorang gadis manis berjalan bergegas menuju sekolah. Sebuah SMP Negeri yang tidak jauh dari rumahnya. 

Seragam biru putih melekat tak ketat di tubuhnya. Sepatu seragam bantuan dari Dana BOS di sekolah mengantarnya melewati gang kecil dekat sekolah. Di atas bahu rampingnya, menggantung tas ransel si gadis yang beranjak remaja.

Di tikungan jalan, ia berjalan sendiri. Tetiba dari arah berlawanan seorang pria dewasa, separuh baya usianya, memegang dada si gadis manis. Lalu pria itu pergi begitu saja. Sedang si gadis manis hanya menangis, menahan malu, tak tahu harus bercerita pada siapa. Menyimpan memori pahit ini, entah untuk apa.

***

Maaf, saya membawakan kisah yang bukan berasal dari imajinasi saya. Kisah yang tidak terangkat di media massa. Kisah yang sederhana, namun ironisnya kisah nyata itu seakan sebuah hal yang biasa saja.

Saya hanya membawakan cerita singkat. Fakta yang ada di masyarakat. Hanya cerita itukah? Masih banyak versi lainnya yang saya yakin, Anda pun pasti tahu, pasti pernah menjumpai, atau pun pernah mendengar bisik-bisik informasi tentang anak-anak penyintas pelecehan seksual.

Sebuah rahasia yang dimiliki secara umum.

Ketika cyber bullying menjadi sebuah ajang perlombaan pamer kekuasaan di dunia maya; ketika pelecehan seksual terjadi atas anak-anak di ranah mana pun; ketika luka menghiasi tubuh dan batin mereka, apakah ini semua akan menjadi hal yang "biasa"?

Sebuah kebudayaan terbentuk dari sebuah peristiwa yang pada masa yang lampau merupakan hal yang extreme menjadi hal yang normal (lazim), bahkan kemudian dipayungi sebuah legalitas masyarakat berupa "norma". Entah itu dalam bentuk norma tertulis atau tidak tertulis.

Lantas, apakah sexual abuse ini akan kita wariskan sebagai sebuah kebudayaan untuk mereka? Tragis!!

Anak-anak itu anak-anak kita, anak-anak itu generasi penerus kita. Anak-anak itu pemegang tongkat estafet budaya, norma, dan perkasanya negri kita!! Mereka tunas yang tumbuh di taman kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline