Lihat ke Halaman Asli

Dhany Wahab

Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

Idul Fitri Kala Pandemi

Diperbarui: 24 Mei 2020   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

Gema takbir berkumandang menandai hari yang fitri datang penuh kemenangan. Mengakhiri bulan ramadan yang penuh rahmah dan ampunan. Suka cita umat islam menyambutnya meskipun  ditengah bayang-bayang pandemi Covid-19.

Lebaran tahun ini dirayakan dalam suasana keprihatinan, akan dikenang dalam sejarah peradaban umat manusia. Dibaliknya ada hikmah dan pelajaran agar kita lebih dekat dengan Sang Khalik pencipta alam semesta.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu. Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah. Kepadanya kita bakal kembali. Allah yang menghidupkan kematian dan yang mematikan kehidupan. Tiada pantas kita menyekutukan.

Momentum hari raya idul fitri menjadi refleksi hakikat diri terlahir di bumi. Laksana bayi yang putih suci tiada ternoda dan berdosa. Teriring harapan kedua orang tua, kelak anaknya menjadi manusia yang berguna.

Setelah sebulan penuh kita berpuasa, menahan lapar dan dahaga, berjuang melawan hawa nafsu dan angkara. Sudah selayaknya kita tetap menjaga jiwa raga agar selalu dalam kebaikan dan kesucian.

Puasa melatih diri kita menjadi pribadi yang peduli dan penuh empati terhadap sesama. Melahirkan kasih sayang kepada kaum papa dan dhuafa. Menumbuh suburkan rasa syukur dan sabar dalam menjalani kehidupan.

Zakat Fitrah yang kita keluarkan untuk menebus dosa dan kesalahan, baik yang disengaja maupun tanpa disadari. Melatih diri menjadi insan yang paripurna melalui harta terbaik kita untuk membantu sesama saudara yang tak berpunya.

Dalam ramadan seluruh amal ibadah dan kebaikan diperintahkan, selain balasan pahala dilipatgandakan, yang terpenting tujuannya agar menjadi insan bertakwa. Yaitu orang yang senantiasa memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Taqwa juga bermakna membuat penjagaan diri dari sesuatu yang membahayakan dunia dan akhirat serta menempatkan diri selalu dalam pengawasan Allah. Jika kita merasa ada yang selalu mengawasi maka segala ucapan dan tindakan akan senantiasa terjaga.

Seusai ramadan bukan berarti perilaku kita bebas tanpa batasan, justeru harus lebih mawas diri, tunduk dan patuh pada syariat Illahi. Sebab hakikat kemenangan yang kita rayakan di hari fitri adalah cerminan keberhasilan melawan nafsu dan emosi.

Kita diciptakan Allah sebagai mahluk yang paling mulia, derajatnya lebih tinggi dibanding mahluk lainnya. Namun, Allah memberi peluang dan pilihan kepada kita untuk beribadah penuh taat laksana malaikat atau justeru ingkar dan membangkang seperti syaetan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline