Lihat ke Halaman Asli

Dhani Sugesti

Penulis Sastra

Teladan Kartini yang Terlupakan

Diperbarui: 23 April 2019   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wanita Indonesia di zaman sekarang, sudah mendarah daging, dan bahkan sudah menjadi obsesi dalam keseharian, atas pengaruh doktrin emansipasi perempuan yang digalakan oleh Raden Ayu Kartini, di masa lampau.
Tidak ada lagi sekat batas perempuan Indonesia dengan laki-laki, di hadapan hukum sama, dalam dunia pendidikan sama, di dunia kerja juga sama, dalam segala lini kehidupan sosial-kebangsaan, perempuan mendapatkan proporsinya yang sama.

Di sosial media saja, akun yang paling banyak aktif adalah akun perempuan. Ada yang berkeluh kesah, berjualan, berkarya, dan seterusnya. 

Bisa dikata, RA. Kartini sudah sukses menggapai cita-citanya, untuk memberdayakan wanita pribumi (Indonesia) sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai perempuan berperadaban, yang mengenyam pendidikan, bekerja, dan berkarya nyata. Terbukti dengan kemajuan wanita Indonesia di zaman sekarang. 

Paling, ada satu, dua, kasus yang mencuat kepermukaan yang masih mengalami diskriminasi atau masalah hukum dan aturan main. Seperti kasus KDRT, kerja dilarang pakai jilbab, atau jadi korban bullying dan pelecehan seksual. Itu pun, sudah minim. Terutama di wilayah modern dan maju seperti perkotaan, yang masyarakatnya sudah tercerahkan. 

Ada satu hal yang belum disosialisasikan, dan luput dari kajian, di saat hari nasional RA. Kartini kali ini. Yaitu, teladan RA. Kartini bagi wanita Indonesia, agar memiliki kesiapan mental dan pikiran, untuk bisa menerima realitas sosial, agama (juga adat) yaitu, kesiapan DIPOLIGAMI.
Fakta sejarah, RA. Kartini adalah wanita yang memiliki kesiapan, dan memberi teladan bagi wanita sekarang, untuk siap menikah dengan laki-laki yang sudah beristri. 

K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, adalah Arjuna yang jadi suaminya, saat melamar RA Kartini, sudah beristri tiga. Dan hebatnya, RA. Kartini menyatakan kesiapannya dijadikan istri ke-4. Luar biasa. (Silakan kroscek sejarahnya).

Ini adalah teladan RA. Kartini yang belum mampu diaktualkan secara masal oleh para wanita zaman sekarang. Umumnya wanita Indonesia menolak, bahkan ada yang benci, dan sebagian lagi bilang, 

"Saya tidak melarang laki-laki berpoligami, silakan saja. Asal bukan suami saya." 

Ironisnya, banyak pula kaum Adam yang mendukung, untuk menolak poligami. Partai PSI salah satu yang memuat aturan main bagi peserta caleg dan partisipannya. Termasuk juga mereka yang umumnya sudah menyerap ajaran agamanya yang hanya boleh menikah satu kali seumur hidupnya.

Itu tandanya, wanita Indonesia belum sepenuhnya mampu meneladani RA.Kartini. Bukan saja soal emansipasi, kesetaraan gender, kebebasan berkarya, bekerja dan berpendidikan, atau berpakaian kebaya merayakan setiap tahunnya. Tapi juga memiliki kesiapan untuk meneladani satu kisah hidupnya, yaitu kesiapan dipoligami.

Dalam kajian Islam, poligami itu sebuah ruang "Ekslusif untuk eksekutif", bagi yang sudah memenuhi syarat dan ketentuannya. Poligami menjadi solusi hadapi penyakit sosial, seperti prostitusi jualan apem harga 80 juta yang kemarin viral. Dari sekian banyak realitas perdagangan "Esek-esek" di kehidupan nyata yang memang sudah seperti menjamurnya RM.Padang paket Rp.10.000,- di setiap pinggir jalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline