Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

Entrepreneurship Lecturer

Buka Puasa Bersama dalam Keragaman #Ramadhan_12

Diperbarui: 7 Juni 2017   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Kebetulan saya diajak bergabung dalam acara buka puasa bersama (bukber) yang dilaksanakan pada Minggu (4/6) lalu. Usai bermain bersama adik-adik di Kota Tua, Jakarta Barat, tepat pukul 16.15 WIB saya meluncur ke daerah Plumpang, Jakarta Utara, untuk apa? Jelas saja bertemu dengan anak-anak lucu di sana. Mereka adalah anak-anak usia TK, SD dan SMP yang tinggal di pemukiman sangat padat penduduk.

Menggunakan satu petak rumah yang tidak luas, dalam jadwal rutin tertentu adik-adik itu belajar bersama dan dibimbing oleh kakak-kakak relawan yang tergabung dalam Komunitas Bimbingan Belajar (Bimbel) Plumpang. Bertepatan dengan bulan Ramadhan ini para kakak asuh yang berbeda-beda keyakinan sepakat mengadakan acara bukber untuk adik-adik tersebut. Dengan sajian snack dan nasi box yang amat baik, acara yang digelar di pojok pemukiman itu berlangsung dengan meriah.

Sambil menunggu waktu berbuka saya mengisinya dengan membacakan 2 cerita, yakni tentang rukun Islam yang ke 3 yaitu puasa dan rukun Islam yang ke 4 yaitu zakat. Melalui tokoh Alif, Nayla dan Zahra saya mencoba menyampaikan pesan tentang kewajiban berpuasa, mengapa kita perlu makan sahur, apa itu zakat, siapa yang wajib membayar zakat, seberapa besar zakat yang harus kita keluarkan, dan juga tentang pentingnya saling menyayangi antar sesama teman. Anak-anak tersebut pintar-pintar, setiap pertanyaan yang dilontarkan dalam cerita selalu berusaha dijawabnya dengan baik. 

Mendekati waktu berbuka puasa yang hanya tinggal beberapa menit lagi seorang kakak penyelenggara terlihat galau “aduh ini gimana kultumnya... siapa yang ngisi?? Kak Edwin aja deh ya... Ayo buruan Kak kasihan adik-adiknya sudah menunggu....”. Ya, dia sangat sibuk mencari orang untuk mengisi kajian jelang berbuka yang umumnya hanya tujuh menit. Jelas saja tidak bisa dia yang melakukannya, karena dia seorang Kristiani. Akhirnya waktu yang sedikit itu diisi dengan pembahasan arti dari doa berbuka puasa yang dibawakan oleh Kak Edwin. Tujuannya adalah jangan sampai kita hanya mampu melafazkan doanya, namun belum paham apa artinya. Kajian sederhana tapi kadang-kadang kita terlupa.

Akhirnya terdengarlah suara adzan Maghrib. 

Seluruh kakak pengasuh Bimbel Plumpang sibuk dengan aksinya sendiri-sendiri. 

Ada yang bolak balik ke sana kemari mencari kantong plastik untuk tempat sampah dari sisa makanan berbuka, ada yang sibuk membantu adik-adiknya menusukkan sedotan ke gelas air mineral, ada yang sibuk menyambangi beberapa rumah tetangga untuk meminta izin agar anak-anak boleh mengambil wudhu di rumahnya. Ada yang sibuk mengingatkan “ayo antri ya wudhunya.... yang sudah buruan masuk lagi untuk Sholat... Aduh ini gimana Sholatnya... penuh banget.... oh dibagi dua aja boleh ngga? Jadi ada yang Sholat duluan bareng-bareng, lalu gantian bareng-bareng lagi.....? Tanyanya kepada saya dan suami. Ya, mereka adalah kakak-kakak Kristiani.

Sambil adik-adiknya antri ambil wudhu, ada kakak perempuan yang sibuk mengatur barisan shaft, ada yang berkata “aku wudhu duluan deh ya, lalu aku imamin mereka, kan sama-sama perempuan...”. Ada yang sibuk menanyakan “ade bawa mukena ngga?... ade sudah wudhu belum? ... sajadahnya ditinggal aja dek, sini kakak pegangin, kamu wudhu aja.....”. Ada juga sibuk membantu adik-adiknya memakai mukena, ada yang sibuk mengingatkan “kok adek ngga wudhu? Ayo buruan berjamaah...”. Ada juga yang sibuk membagikan takjil bagi sesama relawan“gapapa kamu pegang aja... puasa ngga puasa kita makan bareng....”. Ada yang sibuk memikirkan bagaimana proses antrian wudhu agar selalu tertib, dan ada juga yang sibuk menghitung “siapa lagi yang belum dapet snack?... udah semua??...” Mereka adalah kakak-kakak muslim yang petang itu hijab dan pakaiannya sudah mulai basah akibat keringat yang tak tertahankan. Ya, lingkungan amat padat, ruangan padat, adik-adik banyak, tapi sungguh semuanya terasa nikmat karena kebersamaan yang erat.

Akhirnya semua berjalan dengan baik, buka puasa lancar, Shalat lancar dan ketawa ketiwi di antara kami juga lancar. Saya dan Kak Edwin bergegas pamit untuk pulang sambil membawa segenggam kepuasan batin yang membahagiakan, serta seikat kekaguman atas indahnya balutan kasih antar anggota komunitas di atas perbedaan keyakinan. Tujuannya hanya satu, ingin berbagi dengan adik-adik Bimbel asuhan mereka dengan kasih dan cinta.

Indah.

Sangat indah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline