Lokasi indah dan unik dengan taburan batu raksasa menjadi latar film Laskar Pelangi. Aku bersyukur sempat mengunjunginya sebelum wabah pandemi Covid-19 hadir di Indonesia.
Luar biasa bentang alam di pulau Belitung, begitu elok. Pantas saja wisatawan domestik dan mancanegara sangat terinspirasi dengan sajian cantik pantai-pantai dan pulau-pulau kecil di sana.
Aku bukan ahli geologi, namun rasa penasaran menyeruak melihat penampakan batu-batu granit yang super besar. Berjejer, berdiri, dan menancap kokoh di sepanjang pantai hingga bibir laut.
Bila hanya selintas melihat batu-batu granit yang muncul di permukaan sepertinya terpisah-pisah. Namun, faktanya batu granit itu hanya bagian atas dari tubuh granit yang sangat besar di bawah permukaan bumi. Sedangkan umur bebatuan granit di Pulau Belitung adalah 65-200 juta tahun. Waaahhh ... Sudah tua sekali ya!
Pasir putih lembut, hangatnya sinar mentari, air laut jernih membuat aku betah berlama-lama menikmati suasana di Pantai Tanjung Tinggi. Sesekali angin membelai lembut wajahku.
Jilbab warna-warni yang kugunakan berkibar seakan ikut gembira berada di pantai ini. Aku menyusuri bagian lorong di antara bebatuan, dan melihat dengan jeli ada kilau-kilau bagai taburan permata di permukaan batu granit.
Aku coba search di internet, ternyata secara geologis, batu-batu granit raksasa tersebut bagian dari tubuh batuan beku. Batuan itu bernama batolit dan menjadi batuan dasar di Indonesia bagian barat.
Pantai Tanjung Tinggi Belitung.
Bagaimana cara pembentukannya? Batuan itu adalah hasil pembekuan magma yang bersifat asam. Kandungan silika didalamnya lebih dari 65 persen. Granit tertua berumur Trias (Triassic) yang tersebar di Belitung bagian barat laut, diantaranya ada di Pantai Tanjung Tinggi, Pulau Kepayang, dan Pulau Lengkuas.
Mengapa dinamakan Pantai Tanjung Tinggi ? Inilah sebabnya, nama tanjung tinggi diambil dari kata tanjung yang artinya semenanjung dan tinggi yang artinya pantai yang memiliki bebatuan yang tinggi.