Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Merawat Hobi Selama Ramadan: Koleksi Buku vs Model Kit

Diperbarui: 5 Mei 2021   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami berbagi ruangan dalam rumah untuk menjadi rumah koleksi kami berdua (dokpri)

Asyik paket bukuku sudah datang. Kujajar satu-persatu buku yang kupesan. Kemudian aku membaca secara acak deskripsinya di sampul belakang. Lalu kupilih salah satu buku yang ingin kubaca sambil ngabuburit, menunggu waktu berbuka puasa.

Kulihat tumpukan kardus-kardus paket. Selain paket buku, kopi bubuk, dan makanan kucing, terselip paket untuk pasangan. Melihat ukurannya dan pengirimnya yang dari luar kutebak pasti model kit.

Aku menghela nafas. Koleksi model kit punya pasangan sudah mencapai 300 ratusan lebih. Tumpukannya sudah tinggi dan memenuhi rak di kamar. Belum lagi koleksi miniatur pesawat, tank, dan kesatria abad pertengahan yang ada di ruang tengah. Fiuuh.

Rupanya ia hendak bersaing denganku, siapakah jumlah koleksinya yang paling banyak. Pastinya aku yang menang, koleksi bukuku sudah ribuan hehehe. Tapi ukuran dan nilai buku-bukuku sepertinya memang kalah sih. Pasalnya sebagian bukuku kudapat dari rak obral dan toko buku loakan.

Dua buku baru kubeli (dokpri)


Berbeda Hobi Tapi Ada Minat yang Sama
Aku dan pasangan memang punya hobi yang berbeda. Aku maniak buku dan ia gandrung serba militer.

Ia bercerita menyesal dulu tak bergabung dengan TNI. Ia suka sekali dengan pesawat dan ingin bergabung dengan angkatan udara. Koleksi miniatur dan model kit pesawatnya memang paling banyak dibandingkan koleksi tank dan kapal selamnya.

Hobinya mengumpulkan model kit dan miniatur pesawat membuatnya bergabung dengan komunitas model kita. Namanya SprueMobster. Ia kadang-kadang ikut pelatihannya seperti merakit dan mewarnai model kit.

Merakit model kit alias mokit itu perlu ketekunan dan ketelitian karena kepingan-kepingan yang dirakit itu ukurannya mungil. Aku tak sabaran bila diminta membantunya. Harus presisi.

Mokit koleksi pasangan (dokpri)


Mengecatnya juga susah. Ada tekniknya tersendiri sehingga hasilnya nampak seperti nyata.

Gara-gara hobinya ini, ketika dapat hadiah dari Kompasiana ke Macao, aku pun singgah ke Hongkong demi membeli mokit titipannya. Hehehe nggak juga sih. Tapi aku rela jalan-jalan ke tempat yang jauh dan asing seorang diri dan apesnya kemudian nyasar waktu kembali ke hotel.

Kini pada bulan Ramadan, ia memanfaatkan waktu sahur untuk berburu mokit. Jika sedang tak ke kantor, ia pun sibuk menata mokitnya. Ia mendata mokitnya dan menatanya di rak berdasarkan urutan tertentu. Uuuh kamar di tengah penuh mokit dan sudah seperti bengkelnya. Ada cat, kuas, airbrush, dan peralatan merakit lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline