Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Belanja TI di Era Ketidakpastian dan Godaan Berpindah ke Sistem Cloud

Diperbarui: 9 Januari 2021   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana cara berhemat di pos TI (dok. Cloud raya)

Selama pandemi 2020, proyek-proyek TI menurun. Sejumlah perusahaan termasuk instansi pemerintahan mengerem belanja TI, kecuali untuk hal-hal yang terkait dengan pengeluaran seperti pemeliharaan, juga untuk training, serta penyusunan cetak biru dan peta jalan (IT blueprint dan IT roadmap). Namun untuk belanja TI yang nilainya besar mereka masih melihat-lihat kondisi bisnis dan juga tren teknologi ke depannya.

Belanja TI rata-rata nilainya besar. Bahkan tak sedikit perusahaan yang menggelontorkan dana hingga ratusan milyaran untuk belanja TI. Umumnya perusahaan-perusahaan besar memiliki cetak biru dan peta jalan yang berlaku 3-5 tahunan yang juga dievaluasi tiap tahunnya. 

Dari cetak biru dan peta jalan TI tersebut mereka mengevaluasi kondisi bisnis dan apa saja komponen TI yang bisa digunakan untuk membantu mempermudah dan melancarkan operasional bisnis, serta memberikan keunggulan kompetitif.

Sebelum pandemi, biasanya perusahaan tak segan-segan untuk dibuatkan rencana berdasarkan tren teknologi yang sedang hits waktu itu. Misalnya ketika ramai dibahas big data dan data mining mereka ingin tahu bagaimana cara menerapkannya. 

Demikian pula ketika mulai ramai tentang sistem berbasis cloud. Mereka juga ingin tahu bagaimana cara mengimplementasikannya, serta poin plus dan minusnya dengan kondisi saat ini dari sisi praktisi dan akademis.

Namun karena bujet perusahaan pada masa pandemi difokuskan untuk hal-hal yang sangat penting, maka belanja TI pun ditekan, yang tidak masuk prioritas dan tidak strategis ditunda dulu. Bahkan training SDM TI pun kalau bisa ditunda dulu. 

Yang tak bisa ditunda dan harus rutin dibayar umumnya adalah biaya perawatan dan pemeliharaan sistem, misalnya biaya perawatan server, biaya perbaikan sistem software, dan sebagainya. Belum lagi biaya langganan sistem ERP dan sistem software lainnya.

Virtualisasi dengan Sistem Cloud
Jangan heran apabila biaya perawatan dan biaya pemeliharaan TI ini nilainya sungguh besar. Bahkan ada yang nilainya mencapai 50-70 persen dari bujet TI tahunan. Itulah mengapa perlu kehati-hatian dan rencana yang sangat matang ketika berbelanja TI. 

Jangan sampai kemudian sistem cepat usang, susah cari tenaga ahlinya jika rusak, dan sebagainya. Jangan sampai juga bolak-balik ganti sistem karena mubadzir dan merupakan pemborosan.

Kini banyak yang melirik sistem berbasis komputasi awan (cloud computing) untuk infrastruktur mereka. Mereka tak perlu modal besar untuk membeli perangkat TI yang nilainya memang mahal-mahal. Mereka juga tak perlu pusing dengan biaya pemeliharaannya dan memikirkan skalabilitas pertumbuhan data. Jika data tumbuh ya tak perlu nambah beli server lagi.

Sekarang sistem sewa dan outsource memang sedang tren di kancah TI. Laptop pun bisa sewa. SDM TI untuk operasional, bikin koding dan lain-lain juga bisa outsource.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline