Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

"Antologi Rasa", Cinta Idealis Vs Cinta Realistis

Diperbarui: 17 Februari 2019   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keempat karib yang memiliki masalah cinta (dok. Beritasatu.com)

 "If you make a girl laugh, she likes you. But if you make her cry, she loves you," (Harris Risjad)

Harris (Herjunot Ali) menganggap ketidakhadiran Ruli (Refal Hady), sahabatnya, dalam acara liburan mereka ke Singapura, merupakan berkah. Jarang-jarang ia berduaan dengan Keara (Carissa Perusset). Momen ini akan digunakannya untuk mendekati gadis pujaannya tersebut. Sebaliknya, Keara merasa kecewa. Ia setuju bergabung ke liburan ini karena berharap bisa lebih dekat dengan Ruli. 

Keara, Harris, dan Ruli adalah tiga sahabat yang bekerja di sebuah perusahaan yang sama. Mereka saling berkenalan pada saat menjadi karyawan baru di lift. Pertemuan itu menjadi momen yang dikenang Keara dan Harris. Keara terpaku kepada Ruli. Sedangkan Harris kontan jatuh cinta pada Keara yang jelita. 

Ada sebuah momen memalukan yang membuat Keara mantap menjadikan Ruli sebagai kekasih idamannya. Sayangnya Ruli hanya melihatnya sebagai sahabat yang gemar clubbing dan menjadikan Denise (Atikah Suhaime) sebagai wanita idamannya. Meskipun Denise sudah menikah, ia selalu berharap kesempatan itu masih terbuka. 

Keara, Harris, dan Ruli masing-masing memiliki persamaan, cinta yang tak bersambut. Sebuah rentetan peristiwa membuat mereka dihadapkan dua pilihan, apakah tetap mempertahankan harapan tentang cinta yang idealis ataukah memilih kehidupan cinta yang lebih realistis. 

Keara bermimpi Ruli mencintainya (dok. Idbookmyshow.com)

Filmnya Tidak Bagus Juga Tak Buruk 
"Antologi Rasa" menjadi salah satu pilihan film romantis yang layak ditonton saat valentine. Ada banyak harapan akan film ini apalagi diangkat dari novel populer karya Ika Natassa, yang sebelumnya sukses dengan "Critical Eleven"-nya, juga di bawah rumah produksi Soraya Intercine Films yang kondang akan kualitas panoramiknya. 

Aku sendiri juga berharap lebih pada film ini, apalagi novelnya menurutku juga lebih dinamis dibandingkan "Critical Eleven" yang relatif datar. Ada beberapa poin plus dan minus dari film ini yang kucatat 

Segi Plus 
"Antologi Rasa" memiliki sisi plus yang membuat film ini masih asyik dinikmati baik sendirian maupun bersama kawan atau pasangan. Tidak mudah memboyong sebuah novel yang begitu tebal ke dalam sebuah film berdurasi hampir dua jam. Sebuah novel bercerita lewat tulisan, sedangkan film menyampaikannya lewat gambar. Sutradara dan tim harus memilah-milah adegan yang penting dan mana yang dihilangkan. 

Menurutku Rizal Mantovani, si pembesut film, cukup berhasil memampatkan novel ratusan lembar tersebut ke dalam sebuah film layar lebar tanpa menghilangkan esensinya. Bagian-bagian yang hanya menjadi warna-warni dalam novel dibabat habis, yang menjadi fokus hanya hubungan ketiganya, Keara, Harris, dan Ruli. Bahkan Denise pun hanya diberi porsi yang minim.

 Adegan pembukanya langsung ke sasaran. Tak perlu bertele-tele, langsung ke inti permasalahan tentang kejadian di Singapura yang mengubah segalanya. Bagian-bagian pertemuan keempat sahabat itu hanya dijadikan kilasan flashback, sehingga menghemat durasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline