Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Asyik Bermain dengan Kucing Jangan Lupa Cuci Tangan

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14192155291279231666

[caption id="attachment_384869" align="aligncenter" width="300" caption="Anak Kucing Lucu"][/caption]

Keluarga kami tumbuh bersama kucing. Rasanya sejak kecil hingga dewasa selalu ada kucing-kucing di sekitar tempat tinggal. Bahkan pernah ada momen lebih dari lima kucing yang tinggal bersama kami. Untunglah kami tumbuh sehat. Ini semua berkat sikap ayah yang tegas. Ia selalu mengingatkan kami untuk mencuci tangan selepas bermain dengan kucing-kucing itu.

Kucing-kucing memang menggemaskan. Apalagi yang masih berusia beberapa bulan. Tingkah laku mereka yang lucu dan lincah membuat tangan rasanya gemas untuk mengelus-elus atau menggendong mereka.

Cinta kucing ini ditularkan oleh nenek dan paman saya yang rumahnya bersebelahan dengan kami. Oleh karena orang tua tidak mengijinkan kucing-kucing itu bermalam di rumah, nenek menampung kucing-kucing itu. Mereka bermalam di bagian samping rumah. Bahkan ada satu kucing kesayangan, si Imut, yang dibiarkan tidur di atas alas kaki di dalam rumah.

[caption id="attachment_384872" align="aligncenter" width="336" caption="Kucing-kucing Menggemaskan"]

1419215767583572026

[/caption]

Melihat kegemaran saya dan kakak perempuan terhadap para kucing, orang tua agak ketar-ketir. Orang tua, terutama ayah sering mengusir kucing-kucing itu jika sudah masuk wilayah ruang makan. Ia lalu meminta kami berdua segera cuci tangan dengan sabun dan berganti pakaian jika melihat ada bulu kucing yang menempel di baju kami.

Bukan hanya kucing-kucing yang kecewa aksi bermain mereka bersama kami tertunda, kami berdua dengan cemberut menuruti perintah ayah untuk mencuci tangan. Toh tangan kami tidak kotor dan kucing-kucing itu nampak bersih, demikian pikir saya.

Meski nasihat untuk mencuci tangan itu terkesan sederhana, waktu itu kami sempat kucing-kucingan dengan ayah. Jika ada ayah maka setelah menggendong atau mengelus kucing maka kami sigap mencuci tangan sambil bersungut-sungut. Namun, jika kami asyik bermain di rumah nenek, kami kerap lalai melakukannya. Tangan kami tetap bersih, kuku dan telapak tangan kami tidak kotor,ayah pasti tak tahu bedanya, kata saya dalam hati.

Entah ayah punya indera keenam atau dibisiki ibu kami. Ia rupanya tahu bila kami berdua tidak menuruti sarannya bila ia sedang tidak ada di sekitar kami. Maka aturan di rumah bertambah dengan mencuci tangan dan kaki setelah kami berada di luar rumah, bukan hanya selepas bermain dengan kucing-kucing lucu itu.

Cuci tangan saja sudah malas-malasan, apalagi sekaligus dengan cuci kaki. Tapi rupanya ayah kali ini tidak hanya membuat aturan. Ia menjelaskan alasan aturan tersebut saat kami selesai makan malam bersama. Rupanya ia kuatir jika anak-anaknya sakit.

[caption id="attachment_385515" align="aligncenter" width="300" caption="Setelah Gendong Kucing, Cuci Tangan dan Ganti Baju Ya"]

1419380592525913475

[/caption]

Kucing-kucing meski lucu dan nampak bersih bisa memiliki banyak kuman dalam tubuhnya. Kucing punya kutu serta bulunya mudah rontok dan menempel ke pakaian, keset, tempat duduk, dan bisa terbang dan tak sengaja terhirup oleh kami. Lagipula kucing-kucing itu jarang mandi, kecuali kucing kesayangan nenek yang rajin dimandikan oleh paman kami. Mereka juga sering berguling-guling di tanah dan bermain di atas genting. Dengan mencuci tangan menggunakan sabun, apalagi dibarengi aksi mencuci kaki dan berganti pakaian maka risiko terpapar kuman kucing akan berkurang, jelas ayah.

Hayoo siapa yang mau terkena batuk rejan lagi? Ayah mengingatkan kami yang membuat saya membayangkan masa-masa saat terkena batuk rejan. Saat itu usia saya baru menginjak usia empat tahun dan saya tertular kakak perempuan. Awalnya orang tua mengira kami terserang batuk biasa. Eh rupanya hingga sebulan, batuk itu tak kunjung reda. Dan setelah dibawa ke dokter berulang kali, kami mengidap batuk 100 hari atau yang dikenal dengan batuk rejan. Waktu itu kami diisolasi dari kucing hingga berbulan-bulan. Tapi setelah sembuh, kami kembali berkejaran dan bermain dengan kucing.

Hemmm terserang batuk rejan itu sangat tidak enak. Entah gara-gara kucing atau memang karena tertular dari tempat lain, kami berdua enggan untuk mengalaminya lagi. Sejak itu tanpa kucing-kucingan lagi, kami mencuci tangan selepas bermain dengan pus-pus menggemaskan itu. Bahkan, kami mulai terbiasa pula untuk mencuci kaki setelah asyik bermain. Kebiasaan baik ini mulai ditularkan ke anak-anak kakak perempuan saya. Mereka berdua seperti kami juga awalnya bersungut-sungut apabila diminta mencuci tangan dengan sabun selepas bermain dengan apa saja. Tapi setelah beberapa waktu, keponakan saya sudah terbiasa.

Setelah dewasa saya juga baru tahu, jika hewan-hewan seperti kucing rawan memiliki virus dan parasit TORCH (toxoplasma, rubella, CMV, dan herpes). Dan hal ini berbahaya bagi wanita apalagi bagi mereka yang sedang atau akan merencanakan kehamilan. Jadi makin semangat untuk jaga kebersihan.

[caption id="attachment_384875" align="aligncenter" width="300" caption="Cuci Tangan dengan Sabun Hingga Bersih"]

1419216183787238099

[/caption]

Memang kebiasaan mencuci tangan dari hobi bermain dengan kucing itu terkesan sederhana. Namun, apabila kebiasaan sehat ini diikuti oleh para mania kucing lainnya sejak masih balita maka risiko kuman dari kucing akan terminimalisasi. Kebiasaan sederhana ini juga akan mendukung pencapaian gerakan Untuk Indonesia Sehat.

[caption id="attachment_384877" align="aligncenter" width="300" caption="Habis Elus Kucing, Kia pun Cuci Tangan"]

1419216351839736178

[/caption]

Bermain dengan kucing tetap lanjut hingga saya dewasa. Lagipula ada artikel yang mengupas sisi kebaikan hewan peliharaan untuk meredam stress. Tapi setelah bermain dengan pus-pus lucu itu jangan lupa cuci tangan dengan sabun yaJ

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline