Lihat ke Halaman Asli

Devi Novianti Fernanda

Writer • Motivator • Content Creator • Muslimah Preneur

Semua Orang Adalah Pemimpin, tetapi Tidak Semua Orang Bisa Memimpin

Diperbarui: 1 September 2021   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kita semua adalah pemimpin untuk diri kita sendiri dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap keputusan yang kita buat untuk diri kita. Tentunya kita tidak akan pernah bisa lepas dari pengadilan Allah. Kemudian, bagaimana jika yang kita pimpin bukan hanya diri sendiri, melainkan orang lain juga?

Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan orang-orang saleh terdahulu, mereka beristigfar ketika diberikan jabatan. Mengapa? Karena mereka tahu bahwa hisab yang mereka dapatkan akan sangat berat. Setiap keputusan yang mereka buat jika keliru akan dituntut di akhirat. Bagaimana dengan pemimpin di zaman sekarang ini?

Seolah mudah untuk dijalankan, orang-orang pada zaman ini berlomba-lomba agar bisa menjadi pemimpin. Bahkan ada pula yang sampai menghalalkan segala cara agar mendapatkan posisi yang diinginkannya. 

Namun, setelah mendapatkan keinginannya, tidak sedikit yang lalai dan tidak menepati janji-janji yang telah dibuatnya. Bukankah mereka sudah disumpah? Apakah Tuhan dan agama tidak lagi berarti?

Memang perkara dunia seringkali melalaikan kita. Maka hal yang paling utama dalam hidup adalah keimanan. Dalam Islam, salah satu kriteria pemimpin yang baik itu ialah yang beriman kepada Allah, orang yang paling bertakwa. Sehingga dia bisa berbuat adil karena takut kepada Allah. Takut tidak bisa menunaikan kewajibannya.

Ketika zaman kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, masyarakat sangat sejahtera. Karena nereka memiliki pemimpin yang adil dan bertakwa. Sampai-sampai tidak ada yang mau menerima zakat karena masyarakat merasa telah mampu. Sedangkan, saat ini? Masyarakat berlomba-lomba ingin mendapat santunan karena ekonomi yang begitu menjepit.

Lalu, ketika sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab menjadi pemimpin. Beliau takut jika ada jalan yang rusak dan menyebabkan keledai jatuh karenanya. Apalagi jika ada rakyatnya kelaparan, beliau tidak ingin sampai dituntut di pengadilan Allah kelak. Sehingga dia bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanahnya.

Bagaimana saat ini? Rakyat kelaparan di mana-mana. Orang kaya makin kaya, orang miskin makin miskin. Jeritan terus terdengar di setiap penjuru negeri. Siapa yang akan bertanggung jawab akan hal ini?

Jika saja para pemimpin negeri mendengar setiap jeritan, apakah dia akan hidup tenang? Jika saja para pemimpin negeri takut kepada Allah yang menciptakan, adakah mereka sanggup untuk menzalimi rakyat?

Mungkin semua ini dapat kita jadikan pelajaran. Agar kelak dapat lebih hati-hati dalam memilih pemimpin. Entah itu pemimpin negeri, pemimpin daerah, bahkan pemimpin untuk keluarga. Hanya orang yang bertakwa yang tidak akan lalai akan hak orang lain karena rasa takut kepada Allah.

Pilihlah pemimpin jangan dari janjinya. Sebab orang beriman tidak akan mudah berjanji. Apalagi kita memilih karena mendapat iming-iming. Sebab yang dipertaruhkan bukan kesejahteraan selama satu atau dua hari, melainkan bertahun-tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline