Lihat ke Halaman Asli

Detha Arya Tifada

TERVERIFIKASI

Content Writer

Berada di Puncak Kelimutu

Diperbarui: 4 April 2016   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="menikmati puncak kelimutu/ detha & sofyan"][/caption]“Menyebut Flores saja, yang teringat atau tervisualisasi di otak hanya Kelimutu, Komodo dan pantai-pantai yang indah. Namun keinginan yang pertama tentu saja mengunjungi kelimutu melebihi yang lainnya”

Dulu saya hanya bisa mendengar cerita orang tentang keunikan gunung yang memiliki danau 3 warna yaitu hijau tua, hijau muda dan berwarna seperti coklat tua (softdrink Coca-cola). Begitu indahnya, saya hanya bisa melihat sebatas layar kaca saja serta menerka keindahannya lewat uang kertas pecahan Rp 5.000 keluaran tahun 1992. Namun kini berbeda, saat saya berada di Flores, tak lengkap rasanya jika tak mengunjunginya.

 “Keli” yang berarti gunung, dan “mutu” yang artinya mendidih. Menggabung keduanya akan mendapatkan artian gunung yang mendidih. Terbawa dengan rasa penasaran, saya yang berada di Sikka, NTT, berusaha memacu mobil dengan kencang agar bisa tiba di di Desa Moni malam hari. Akhirnya semuanya sesuai harapan, saya telah sampai di Moni dan beristirahat di hotel Flores Sare untuk melupakan segenap kelelahan sehabis perjalanan yang memakan waktu hampir 2 jam lebih.

Alarm pada smartphone membangunkan saya dari mimpi, barulah setelah itu mandi dan bersiap-siap membawa semua barang yang diperlukan menuju ke Gunung Kelimutu yang berlokasi di desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kab. Ende, NTT.

Hanya membayar karcis masuk seharga Rp 2.500 dengan biaya parkir seharga Rp 6.000. Terhitung murah untuk untuk menikmati danau tiga warna yang begitu fenomenal dan satu-satunya di dunia.

Setelah mobil yang saya tumpangi parkir, kami harus segera sampai ke puncak Kelimutu untuk mendapatkan view terbaik supaya mata berasa lebih dimanjakan dengan keindahannya. Aktivitas trekking kami lakukan selama 30 menit, banyak diantara wisatawan lainnya memilih untuk beristirahat sejenak untuk seterusnya melaju ke puncak.

Keringat saya pun mengalir, dan saya tiba dipuncak, mata pun melakukan fungsinya mengamati keadaan sekitar, diantara wisatawan lokal, banyak pula wisatawan asing yang ingin menyaksikan langsung danau legendaris ini. Sebelum mengamati dengan seksama, agar dinginnya udara pagi tak menusuk hingga tulang, saya pun memesan 2 gelas kopi hangat dari masyarakat setempat yang berjualan di puncak.

[caption caption="di selimuti kabut/ detha & sofyan"]

[/caption]Melihat Danau Kelimutu secara langsung itu ibarat mimpi yang telah terwujud, jadi jangan Tanya rasanya. Tentu jawaban yang akan keluar takkan mampu dungkapkan oleh kata-kata. Bahkan tatapan kami ke danau tak membuat mata berkedip sedikit pun.

[caption caption="berada di puncak/ detha & sofyan"]

[/caption]Kami pun telah  mengambil beberapa foto dari spot-spot terbaik yang disajikan di puncak Kelimutu. Sebelum turun kembali, pasangan wisatawan asing asal Jerman, Cristian dan Jasmin, mengajak kami berbincang, ditengah perbincangan ia hanya memberikan sebaris kalimat untuk Kelimutu “it’s Fu**ing Great.”

Sungguh bangga menjadi bagian dari Indonesia yang memiliki beragam keindahan alam yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Melalui Kelimutu, keindahan Indonesia lainnya dapat terwakili.

Sang Penjaga Kelimutu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline