Lihat ke Halaman Asli

Desy Pangapuli

Be grateful and cheerful

Ceritaku tentang Sarang Ketupat

Diperbarui: 12 Mei 2021   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.malangtimes.com/

Selamat malam diary, bertemu kamu di malam takbiran.  Tiba-tiba aku jadi teringat tentang Idul Fitri dan bulan puasa yang selalu mengingatkanku pada banyak hal meskipun aku non-Muslim.  Tetapi, lahir dan dibesarkan di negeri yang majemuk membuatku terikut euforia lebaran.  Ini seru dan menyenangkan sekali, karena merasa memiliki banyak saudara.  Tidak harus Natal, tetapi Idul Fitripun aku kenyang, bahkan Imlek juga ikutan merasakan kue keranjang.  Haahahahha....

Seorang teman Muslim baru-baru ini heran ketika aku bercerita di setiap bulan puasa aku selalu latah membuat menu berbuka.  Heheh...sebenarnya ini kebiasaan almarhum bapak dulu.  "Jangan lupa beli belewah, cincau dan kolang kaling.  Nanti bapak bikin es buah."  Begitu dulu bapak ramai sekali setiap bulan puasa.

Keunikan yang berlanjut karena kakak iparku juga sama serunya.  Di setiap Idul Fitri, dan Idul Adha selalu saja kami mendapatkan kiriman ketupat lengkap beserta keluarganya.  Hahahah...iya, ada sayur, rendang, opor dan sambel hati ampla.  Bahkan tidak jarang ada kue keringnya juga loh.  Wuiihh...seru dan meriah!

Berbagi cerita ke kamu diary ketika dulu aku berstatus mahasiswi asing.  Di salah satu tugas kuliah kami diminta menunjukkan budaya kami, atau hal unik yang belum dikenal banyak.  Ehhhmmm...awalnya aku berpikir untuk menunjukkan kemampuanku menari Bali.  Kebetulan aku sudah menari Bali sejak usia 4 tahun dan kerap mengisi berbagai acara.  Bahkan aku penari tetap di Consulate General Australia.

Tetapi, ketika itu aku mau sesuatu yang lebih beda.  Rasanya Bali sudah mendunia, bahkan banyak dari teman mahasiswa asing mengira Indonesia ada di Bali.  Padahal justru Bali itu propinsi di Indonesia.  Heheh...

Singkat cerita aku terpikir untuk pamer cara membuat sarang ketupat!  Yup, sejak kecil di setiap Natal dan Tahun Baru, aku biasa membantu orang tua membuat ketupat.  "Tetapi, bagaimana cara membuat sarangnya?" Pikirku bersemangat karena yakin jika ini aku tunjukkan, pasti mereka akan tercengang.

Kebetulan tugasnya tidak dalam waktu dekat, dan aku masih punya kesempatan pulang ke Indonesia merayakan Natal.  Akhirnya libur musim panas itu aku gunakan belajar membuat sarang ketupat!  Asisten rumah tangga (ART) kami dengan sabar mengajariku sarang ketupat sederhana.  Berbentuk kotak dan besar, seperti umumnya sarang ketupat.  Meski sebenarnya aku ingin diajarinya yang bentuk persegi panjang, atau yang lebih imut.  Si bibik memang hebat, tangannya juga luwes.  Tidak seperti tanganku yang bersalahan memindahkan dari jaring di tangan kanan ke tangan kiri.

Singkat cerita ketika liburan berakhir maka aku kembali bersekolah.  Bermodal pita-pita pengganti janur, di flat aku terus melatih kelincahan tanganku.  Hehehe...dan aku berhasil!

Iya, pada saat presentasi mata sahabat-sahabat mancanegara terkagum-kagum melihat dua pita di lilit di telapak tangan kanan dan kiri, berakhir menyatu membentuk indah.  "We call this sarang ketupat.  Actually, this made from janur which is coconut leaf.  In my country you need to full-fill with rice, and steam them.  At last, you can have ketupat that you could enjoy with other delicious dishes."  Kataku bangga menjelaskan ketupat yang ternyata mereka belum pernah dengar.

"Well done, your presentation is fantastic!"  Suara lantang guruku, dan diikuti beberapa sahabat yang mendekat minta diajarkan cara membuat sarang ketupat.  Hahah...jadilah aku transfer ilmu, termasuk juga ke guruku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline